Kasidi 290 Â Si Adik Kecil Telah Bahagia
Jika bulan tampak lebih besar, cahaya sinar terang tentu lebih berpendar. Jika hati pikiran memaafkan lebih lapang, jalan hidup tentu lebih damai dan tenang.Â
Adik kecil yang sempat beberapa saat menderita luka bakar setelah bersama ayah bunda pulang dari rumah Tuhan dan seorang pemuda yang entah mengapa gelap mata dengan molotovnya, sekarang mungkin sedang bersenandung  'titip rindu untuk ayah dan bunda dan juga kita semua' disaksikan para penghuni surga yang memandangnya dengan mata berbinar gembira, tentu telah memaafkan semuanya.
Tak ada dendam tak ada benci di surga. Semua telah dimaafkan semua telah diberi senyuman. Sementara di tempat lain, alunan lagu puitis Ebiet G Ade terus mendayu-dayu membangkitkan kenangan rindu tapi damai, sendu tapi ceria.Â
'Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa - Benturan dan hempasan terpahat di keningmu - Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras namun kau tetap tabah hm ... Meski nafasmu kadang tersengal memikul beban yang makin sarat kau tetap bertahan - Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini - Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan - Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari kini kurus dan terbungkuk hm ... - Namun semangat tak pernah pudar meski langkahmu kadang gemetar kau tetap setia - Ayah, dalam hening sepi kurindu untuk menuai padi milik kita - Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan - Anakmu sekarang banyak menanggung beban.'
Bukan beban dunia bagi dia karena si adik kecil telah bahagia, tetapi tetapi beban adik-adik kecil lainnya yang terus saja dipaksa saksikan kepicikan dan kebencian orang-orang dewasa; kedunguan dan wawasan sempit yang dibungkus jubah Sang Mahakuasa. Tak pernah rasanya kedunguan dan kepicikan, wawasan sempit dan kebencian, sengaja disabdakan oleh Dia. Â Kasidi 290 - -- tbs/sda - 14112016