Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasidi Nomor 205: Tawar Hati

26 November 2020   14:06 Diperbarui: 26 November 2020   14:07 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pinterest.com/arefe_peyman

Kasidi 205  Tawar Hati

Tawar hati tidak sama dengan tidak peduli. Mereka yang tiba-tiba saja tawar hatinya tetap peduli tetapi memilih untuk tidak melakukan apa-apa. Mereka yang tawar hati biasanya juga tidak membenci tetapi karena memilih diam saja maka banyak hal yang seharusnya terwujud lebih cepat menjadi sedikit lambat.

Tawar hati berbeda kondisinya dengan perumpamaan 'jika garam menjadi tawar lalu dengan apa akan diasinkan' yang disampaikan Tuhan. Jika garam menjadi tawar maka kegunaannya hilang dan dibuang lalu diinjak-injak orang. (Orang harus memahami bagaimana garam diperoleh dan digunakan pada masa itu karena kalau tidak pasti sulit membayangkan garam yang menjadi tawar.)

Orang yang tawar hatinya tidak akan terbuang karena tidak ada gunanya. Mereka tetap oke tetapi jelas jauh lebih oke kalau hati yang tawar berhasil kembali dipenuhi aroma dan rasa sehingga olah gerak dan olah rasa mencapai puncaknya dan dapat menggembirakan hati semua orang.

Ada banyak penyebab sehingga seseorang menjadi tawar hati. Dua diantaranya adalah sakit hati dan tidak berdaya berkepanjangan. Adalah kewajiban bagi setiap orang, khususnya mereka yang mempunyai otoritas dan kekuasaan, seperti pimpinan, guru, orang tua, dan lain sebagainya untuk membantu mereka yang terlanjur tawar hati. Kasidi no. 205 ini ditujukan pada setiap orang yang tawar hatinya agar dengan karunia kerendahan dan kemurahan hati yang sudah ada dalam hati masing-masing dapat memerangi hati yang tawar dan mengubahnya menjadi hati yang penuh gairah namun tetap lembut dan damai. Jangan biarkan hati yang tawar berlama-lama walau penyebabnya masih ada. Mengapa? Alasannya sederhana karena tawar hati yang dibiarkan terlalu lama akan menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan. Banyak tugas yang seharusnya selesai jadi terbengkalai, banyak orang yang seharusnya dapat ditolong jadi tetap menderita. Kasidi no. 205 - tbs/sda -11092016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun