Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasidi Nomor 480, yang Penting Bisa Diraih

18 Februari 2019   11:25 Diperbarui: 24 Februari 2019   09:41 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasidi no. 480     Yang Penting Bisa Diraih       

Sebagai metadata, 'hashtag' populer karena digunakan oleh twitter. Kemudian, metadata yang satu ini berubah menjadi 'mantra bertuah sakti mandraguna' tatkala diikuti 2019 disambung oleh 'ganti presiden' dan nampang dengan rona menyolok pada ribuan kaos oblong.

Awalnya biasa saja, tetapi tatkala banjir kaos oblong berubah jadi air bah lalu ditakutkan menjadi 'tsunami' muncullah wacana untuk melarang kaos semacam ini. Tentu saja wacana tipe begini ditertawai banyak orang, sehingga tidak mengherankan jika muncul wacana tandingan berbunyi 'mengganti presiden kok pakai kaos oblong'. Wacana tandingan ini lumayan cerdas, tetapi pihak sana membalas 'Lha kalau begitu mengapa begitu takut sampai mau melarang segala'?

Kasidi yakin perang wacana tentu masih akan terus berlangsung sampai pemilu presiden, usai. Torehan 'mantra menohok pada banyak kaos oblong' tentu makin marak. #2019GantiPresiden pada ribuan kaos akan ditandingi oleh #2019DuaPeriode juga pada ribuan t-shirt. 

Produsen kaos oblong akan sumringah karena pesanan terus membanjir. Makin gila mereka berperang semboyan, makin tebal kocek para produsen, dan ini bagus. Lapangan pekerjaan tercipta.

Dengan anak muda cerdas berpendidikan tinggi produk era digital berada di belakang masing-masing kubu yang akan berebut kekuasaan pada 2019, dijamin perangnya akan cantik dan elegan meskipun pada saat yang sama aroma tidak kenal ampun tanpa belas kasih semakin tajam. 

Itu yang dirasakan Kasidi. Yang haram hanya yang jelas tersurat diatur, lainnya halal. Boleh dilakukan.  Logika, estetika, etika, dan sejenisnya boleh ditabrak asalkan tujuan akhir, kekuasaan di negeri ini, tercapai.

 Lalu bagaimana dengan Tuhan, Sang Penguasa Langit dan Bumi? Apakah para penggila kekuasaan di negeri ini tidak pernah ingat betapa nisbinya kekuasaan di dunia dan betapa abadinya kekuasaan di sana yang tidak akan pernah bisa diraih manusia? Rasanya mereka semua tidak pernah ingat itu, karena kalau ingat tentu tingkah mereka tidak akan membabi-buta dalam jubah keculasan dan kelicikan seperti yang mulai ditunjukkan saat ini. 

Semua cara sepertinya boleh dipakai, yang penting suara, entah suara orang bodoh atau cerdas, entah suara orang benar atau orang jahat, entah suara orang baik atau suara maling, entah suara orang jujur atau suara pendusta, entah suara orang cerdas atau orang bodoh, entah suara orang bijak atau suara orang picik, yang penting bisa diraih, maka yang lain menjadi tidak penting. Itulah pemilu kita, itulah demokrasi kita. Kasidi no. 480 - 087853451949 -- SDA18022019/09052018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun