Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasidi Nomor 441 - Adil, Belas Kasih dan Setia

20 Februari 2018   11:50 Diperbarui: 20 Februari 2018   11:50 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun kitab yang satu ini oleh Tuhan dinyatakan berlaku hanya sampai pada kedatanganNya di dunia, karena setelah itu adalah ajaran, sabda, titah dan perintahNya yang harus disimak, dipahami dan dijalankan, tetapi inti sari kitab yang satu ini tidak diragukan tetap digunakan oleh Tuhan, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Tiga hal ini, dengan rumusan dan redaksi yang berbeda, dapat dilacak dengan mudah oleh pembaca yang cermat dalam banyak Sabda Tuhan. Kasidi mencoba melakukan hal yang sama, dan tidak jarang terus saja terheran-heran melihat betapa hebat tiga konsep ini tatkala 'dibumikan' oleh Tuhan dengan menggunakan kacamataNya.   

Konsep keadilan, umpamanya. Pada titik tertentu konsep keadilan sama persis dengan konsep keadilan yang berada dalam pikiran kebanyakan orang, tetapi pada titik tertentu justru yang ada dalam pikiran Tuhan dapat sama sekali berseberangan dengan apa yang dipikirkan kebanyakan orang. Dalam kisah 'perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur', umpamanya. Tuhan dengan tegas dan jelas menyatakan betapa konsep keadilan harus tunduk di bawah konsep murah hati. Keadilan tidak boleh berada di atas dan mengalahkan kemurahan hati. 

Murah hati dapat menggeser keadilan bahkan sampai pada titik terjauhnya. Dalam kata-kata Tuhan sendiri: 'Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?' Kata-kata ini disampaikan oleh Tuhan pada pekerja yang merasa telah bekerja jauh lebih tekun dan lebih lama, tetapi mendapat upah yang persis sama seperti upah orang yang mungkin hanya bekerja dalam hitungan menit saja. Tetapi itulah Tuhan, dengan otoritas yang dimiliki, dengan kemurahan hati yang menjadi sumber ajaranNya, Dia menegaskan bahwa ini adil. Setelah itu disabdakanlah sebuah pernyataan yang bukan main dahsyatnya, sebagai penanda dan peringatan bagi semua orang: 'Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.'

Kemudian tentang belas kasihan. Belas kasihan, cinta, kasih, dan kata atau ungkapan lain sejenisnya, mungkin merupakan kata yang paling tidak asing bagi mereka yang senang mencermati Sabda Tuhan. Bahkan mungkin kata inilah yang paling pantas mewakili seluruh Sabda Tuhan jika seandainya sabda tersebut harus dirangkum menjadi satu kata saja. Kasih atau Belas Kasihan atau Cinta. Dalam kata-kata Tuhan sendiri: 'Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.' Dalam kesempatan yang lain Tuhan berkata: 'Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.' Atau 'Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.'  

Lalu bagaimana dengan kesetiaan? Dalam salah satu nasehat dari banyak nasehat yang diberikan Tuhan, yang berikut ini mungkin yang paling banyak dibaca, dikutip, dan dibicarakan: 'Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.' 

Kesetiaan dapat semakin teguh dan tebal seiring berjalannya waktu, meskipun dapat juga ia memudar seiring dengan berjalannya waktu. Juga tidak dapat disangkal betapa banyak faktor yang mempengaruhi kesetiaan. Logika, rasional, wawasan, sudut pandang, akal sehat, bahkan juga masalah untung rugi dapat berpengaruh terhadap kesetiaan. Ini semua menjadi sesuatu yang dapat diterima oleh akal sehat. Artinya, faktor-faktor itu dapat berpengaruh memudarkan atau memperkokoh kesetiaan seseorang.

Lalu bagaimana dengan Kasidi sendiri, yang banyak bicara tentang tiga hal ini? Apakah dia sudah adil dan berkeadilan? Apakah dia sudah mempunyai belas-kasihan? Apakah dia setia dan mempunyai kesetiaan? Setelah mencoba memeriksa dengan cermat, ternyata tingkatannya hanya sampai pada 'tahapan mencoba dan berusaha'. Mencoba dan berusaha adil, mencoba dan berusaha berbelas-kasih, dan mencoba serta berusaha setia. Lalu jika memang hanya sampai pada tingkatan seperti ini, beranikah dia meminta orang lain melakukan tiga hal utama itu terhadap dirinya? Adil, penuh belas kasih, dan setia? Tentu saja Kasidi tidak berani. Kasidi no. 441 -- SDA20022018 - 087853451949  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun