Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasidi Nomor 435 - Empati dan Kasih pada Sesama

23 Desember 2017   10:21 Diperbarui: 23 Desember 2017   10:57 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ajaran dan sabda Sang Nabi Mulia Utusan Surga tentu saja banyak jumlahnya, dan sebagian kecil darinya memang telah dicatat di dalam kitab suci. Sedangkan yang belum dicatat tentu lebih banyak lagi jumlahnya, atau seperti kata salah murid Sang Nabi Utusan Surga yang menyatakan bahkan jika seluruh kitab yang ada didunia digunakan untuk mencatatnya, tetap saja akan kurang dan tidak mencukupinya. 

Tetapi dari sekian banyak cerita, sabda, perintah, atau apalah namanya, semuanya ternyata bertumpu pada satu kalimat yang terdiri dari lima kata saja yaitu EMPATI DAN KASIH PADA SESAMA. Lalu bagaimana dengan kasih pada Bapa? Tentu saja ini yang terutama, tetapi yang ini tidak dapat dilakukan jika empati dan kasih pada sesama tidak dijalankan. 

Adalah tidak masuk akal seseorang mengklaim mencintai Allah, sementara pada manusia tindakannya jauh dari itu. Allah tidak memerlukan apa-apa dari manusia, sesama manusialah yang memerlukannya, itulah sebabnya perintah PutraNya jelas dan gamblang, kasihilah sesama, dan Bapa pasti akan menerima perbuatanmu dengan senyum gembira.

Gereja -- bukan bangunannya -- tentu saja terikat pada perintah yang sama. Empati dan kasih pada sesama. Sama sekali tidak ada alasan pembenar, termasuk alasan yang paling duniawi sekali pun yang bisa digunakan untuk mengabaikan perintah ini, bahkan sedetik sekali pun. Tetapi realita nyata tampaknya berbicara lain. 

Entah pengamatan yang salah, entah memang begitu adanya, tetapi tampaknya gereja (baca: para pejabatnya) lebih suka mengabaikan dan bahkan menutup mata manakala orang-orang nista dan hina meminta langsung bantuan dana. 

Ada saja alasan penolakannya, yang tentu saja dapat diterima sepanjang sudut pandang dunia yang digunakan untuk membenarkannya. Tetapi apakah benar menggunakan sudut pandang dunia, sementara perintahnya jelas, gunakan sudut pandang langit, gunakan sudut pandang surga, gunakan sudut pandang Bapa, seperti yang telah diteladankan sendiri oleh PutraNya?

Perdebatan dan diskusi serta pembenaran tentu saja bisa diguna dan direkayasa, tetapi tetap saja setiap penolakan atas permintaan orang yang hina, nista, dan jelas-jelas meminta pastilah bertentangan dengan ajaran paling mulia Sang Nabi Utusan Surga. 

Semoga catatan ini - walau mungkin setitik dan sekejab saja - sempat memberikan sinar cahaya bagi siapa saja yang berlebih dan berpunya untuk memberi tanpa pretensi apa-apa. 

Berikan secara cuma-cuma apa yang engkau dapat secara cuma-cuma; apa yang engkau dapat secara cuma-cuma berikan juga secara cuma-cuma; dan ingat rasanya tidak ada milik manusia yang tidak diperoleh secara cuma-cuma dari Bapa yang di surga. 

Tidak percaya? Ayo sebut milik anda yang mana saja dan bukti bertumpuk dan berlimpah telah tersedia untuk tunjukkan bahwa yang itu sudah pasti diperoleh secara cuma-cuma dari Sang Maha Penganugerah.    

Memang tidak mudah menjalankan perintah yang sederhana ini, karena beragam dalih dan alasan dapat dicari dengan mudah, apalagi keduanya memang tersedia melimpah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun