Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasidi no. 434 | Smart Phone, Stupid Man

12 Desember 2017   10:09 Diperbarui: 12 Desember 2017   10:17 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Smart Phone, Stupid Man' murni imajinasi Kasidi, sedangkan 'Stupid Man, Smart Phone' adalah serial acara TV yang dibintangi oleh Russell Kane dan disiarkan oleh BBC Three dan BBC Worldwide. Dikisahkan bagaimana sang bintang bersama seorang temannya pada setiap episodenya diterjunkan ke tempat yang sama sekali baru tanpa dibelakali pelatihan bahasa lokal atau kebudayaan setempat. Mereka hanya boleh mengandalkan kemampuan pribadi dan 'kehebatan smart phone' yang dibawa.

Sedangkan imajinasi Kasidi berkaitan langsung dengan wawancara imajiner pertama dengan seorang doktor pendidikan bahasa, sastra dan budaya yang memperoleh pengalaman menarik dari para mahasiswa berkaitan dengan 'smart phone' mereka. Ternyata, ini menurut sang dosen, para mahasiswa tampak cerdas, luas pengetahuan, memiliki data yang memadai, manakala diperkenan menggunakan smart phone mereka di dalam kelas. Mereka tangkas memberikan respon, tahu banyak hal, dan seakan-akan menguasai materi yang sedang diperbincangkan.

Kemudian, tatkala semua 'smart phone' harus ditumpuk di depan kelas, dan tes singkat secara lisan diberikan pada materi yang telah dibincangkan sebelumnya, maka hasilnya benar-benar mengejutkan. Sepertinya sama sekali tidak ada apa-apa dalam otak mereka. Nyaris nol. Nyaris tidak ada apa-apa. Mereka sama sekali tidak seperti yang diharapkan. Jangankan dapat menimpali setiap data yang dilontarkan atau menjawab pertanyaan yang diberikan, memberi kesan bahwa dalam kepala mereka ada sesuatu hal saja tampaknya gagal total.

Jadi, kata sang dosen yang kemudian dicatat oleh Kasidi dengan penuh gairah, yang pintar ternyata gawainya sedangkan si pemilik gawai sama sekali jauh dari pintar. Kasidi yang terperangah menambahkan dalam hati, 'lho bukankah semua 'smartphone' pada dasarnya 'stupid' karena satu-satunya kemampuan yang dimiliki oleh alat yang satu ini adalah menyimpan banyak data serta mengakses hampir semua data yang tersedia dalam jaringan dan kemudian menampilkannya dengan seketika, dengan catatan sumber energinya tersedia dan kuotanya ada, plus punya kemampuan mengirimkan semua data tersebut ke perangkat lainnya, sementara kemampuan yang lain, kemampuan yang seharusnya hanya dimiliki oleh manusia, seperti mengungkapkan perasaan dan empati, sang gawai sama sekali tidak punya?'

Gawainya sama sekali tidak 'smart' karena hanya memang hanya itu-itu saja kemampuannya; kemudian peralatan yang kemampuannya hanya seperti itu diberi label 'smart', label 'pintar'; kemudian peralatan ini dipakai dalam jangka waktu yang lama oleh seseorang; kemudian orang ini lalu merasa lebih 'smart' setelah menggunakan sang gawai; kemudian ternyata dia itu bukannya semakin 'smart' tetapi justru semakin 'stupid'; kemudian apakah hal yang seperti ini mengherankan jika sekarang terjadi?

Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin dari peralatan yang 'stupid' diharapkan dapat melahirkan atau mengubah seseorang menjadi 'smart'? Yang mungkin adalah 'stupid phone creates stupid man'. Sialnya, bukankah itu yang terjadi di mana-mana sekarang ini?

Sang dosen masih terus menambahkan banyak hal, tetapi Kasidi lebih tertarik mendengarkan apa yang muncul dalam kepalanya. Seharusnya jika label 'smart phone' memang benar adanya maka hasil yang benar adalah 'smart man'; bahkan jika seandainya label yang benar adalah 'stupid phone' tetap saja diharapkan menghasilkan 'smart man' dan bukannya 'stupid phone creates stupid man' apalagi 'smart phone creates stupid man', seperti yang sekarang ini rasanya terjadi pada semua strata, pada semua tipe orang. Kasidi no. 434 -- XZSS19122017 - 087853451949

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun