Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasidi nomor 433 - Yerusalem, Yerusalem

11 Desember 2017   11:27 Diperbarui: 11 Desember 2017   11:44 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ratusan kali kota Yerusalem disebut dalam Kitab Suci dan hampir selalu dikaitkan dengan orang Yahudi dan Israel. Juga ratusan kali nama Filistin disebut dan keduanya, Israel dan Filistin, gemar sekali berperang. Itu dulu, lalu bagaimana dengan sekarang? Entah itu suatu kutukan, entah itu hanya sebuah suratan, pertikaian antara Israel dan Filistin (baca: Palestina), terus membara tidak pernah reda. Jika pun tampak reda, ibaratnya seperti bara dalam sekam. Tampak reda di luar tetapi membara di dalam.

Sekarang, di penghujung tahun 2017, api yang di dalam sekam, mungkin akan kembali membara lalu mungkin juga akan menyala berkobar-kobar. Israel kembali menyatakan dengan resmi bahwa Yerusalem adalah ibukota negara. Pernyataan resmi negara Yahudi ini mendapatkan landasan kokohnya tatkala Presiden Donald Trump menyatakan dengan tegas bahwa dia dan negara yang dipimpinnya mendukung deklarasi resmi Israel bahwa Yerusalem ibukota negara.

Pro-kontra terus bermunculan. Ada yang mendukung, ada yang menolak, meskipun ada juga yang tidak mengatakan apa-apa. Kasidi sendiri yang tidak paham benar seluk beluk politik dan pertikaian yang muncul di seputar kota ini, memilih untuk tidak mengatakan apa-apa, meskipun dalam hati dengan lirih bergumam, sejak ribuan tahun yang lalu sampai sekarang, yang namanya Yerusalem itu ya milik Israel dan orang-orang Yahudi. Tidak ada catatan yang mengatakan bahwa Yerusalem dibangun oleh Filistin -- apalagi Palestina. Jika direbut dan dihancurkan dalam peperangan, mungkin ada. Direbut, dihancurkan, direbut dan dibangun kembali, lalu kembali dihancurkan, lalu dibangun kembali, begitulah berulang kali terjadi, sebelum akhirnya Yerusalem tampaknya tenang dan mantap seperti keadaannya yang sekarang.

Lalu bagaimana pendapat dari pihak Tuhan sendiri terhadap kota yang sangat masyhur ini?

Tuhan berulang kali mengeluh terhadap kota yang 'sangat kejam, penuh kebencian dan dendam' ini, tetapi justru ke kota ini pula Dia memutuskan untuk menuntaskan perjalanan panjangNya. Mengapa? Karena 'tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem', kata Tuhan. Sebuah pernyataan yang dahsyat luar biasa, yang menggetarkan tidak hanya hati BundaNya, melainkan hati siapa saja yang mengerti dan paham benar apa yang dimaksud oleh Tuhan.

Tuhan juga diketahui pernah berkata, mungkin dengan hati getir walau penuh kerinduan tentang kota ini, tentang hati penduduknya. Kata Tuhan: 'Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.'

Apakah saat ini para anak ayam sudah berhasil dikumpulkan dan bernaung dengan aman di bawah sayap induknya? Ataukah 'Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat.' Sehingga, kata Tuhan: 'Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.'

Saat ini Yerusalem masih tegak berdiri, menjadi ibukota negara yang kekuatan militernya mungkin yang paling perkasa dan digdaya di seantero kawasan itu. Akankah Yerusalem akan tetap berjaya atau justru sebaliknya, itu rahasia langit namanya. Tidak ada yang tahu, tetapi apapun yang terjadi, kota amat masyhur yang satu ini memang luar biasa. Berulang kali diruntuhkan, berulang kali dihancurkan, berulang kali di bumi hanguskan, en toh selalu berhasil bangkit dan dibangun lagi, dan selalu lebih hebat dari sebelumnya. Itulah Yerusalem. Kasidi no. 433 -- XZSS18122017 - 087853451949

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun