Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi no. 052 - Negeri yang Dipuja-puja Bangsa

16 Oktober 2017   12:37 Diperbarui: 16 Oktober 2017   12:48 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Negeri yang Dipuja-puja Bangsa

Negeri ini negeri elok yang dipuja-puja banyak bangsa.
Pemujanya bertebaran antero dunia sejak dahulu kala.
Ada yang diabadikan dalam lukisan di kain-kain sutera
Juga tidak kurang yang diabadikan dalam karya sastra.
Pendek kata, karena status disanjung dan dipuja-puja
Maka tentu saja yang bisa muncul yang baik-baik saja.
Ya tanahnya yang subur makmur, gembur limpah hara
Ya rakyatnya yang ramah tamah, penuh senyum tawa,
Ya budayanya yang tidak ubahnya budaya para dewa,
Ya para gadis serta wanita yang manis elok ayu jelita,
Ya para pria yang sopan lembut, tetapi gagah perwira.
Semuanya ada tersedia, semua tersedia di katulistiwa.
Semua indah sempurna tanpa cela, itu puji serta puja.
Yang melihat dan membaca, tampaknya juga percaya
Bahwa negeri indah nusantara memang begitu adanya,
Semua sempurna, semua memiliki kelas nan istimewa.

Lukisan wanita Bali dan Jawa yang bertelanjang dada
Menghias banyak dinding rumah megah bahkan istana.
Di manca negara sana semua tak perlu kalah perbawa
Jika hanya disanding dengan karya para pelukis dunia
Kualitas tidak kalah lukisan sang ratu Mesir Cleopatra
Tatkala sedang melepas semua helai tipisnya busana,
Mandi berendam di spa, ditemani para pelayan istana
Yang juga telanjang tanpa busana, semua amat jelita.
Wanita di negeri ini sama jelita dan sama mempesona
Kala diabadikan ke atas kanvas kain sutera berwarna
Suatu pertanda bahwa apa saja yang ada nun di sana
Juga dapat ditemukan di nusa-nusa pujaan para dewa,
Yang konon memang dicipta, laksana untaian mutiara
Di tengah-tengah birunya hamparan dahsyat samudera.

Karya sastra pusata di tanah ini yang diabadikan juga
Pada lembar-lembar gulungan broussonetia payryfera
Sudah sejak lama ada mengguratkan pikiran bijaksana
Tembang-tembang para dewata dibalut nada mantera.
Simak saja guratan tembang indah, jika tidak percaya
Pada karya-karya empu sakti ternama penuh perbawa.
Jumlahnya aneka ragam hampir semua puncak karya,
Tidak pernah ketinggalan jaman karena isi senantiasa
Dapat diterapkan kapan saja bahkan bagi warga maya
Karena ajarannya ya ajaran luhur warisan para dewata
Yang senantiasa mengajarkan kebajikan bagi sesama.
Bahkan sebuah karya luar biasa yang frasa petikannya
Sepakat dijadikan motto serta semboyan dasar negara,
Sebuah kakawin yang ditulis dalam bahasa Jawa kuna
Buah karya empu, yang pada jamannya amat ternama,
Mpu Tantular itulah nama populernya sedangkan karya
Utama, bercerita tentang pengeran bernama Sutasoma.
Kitab mengabadikan banyak sekali kejadian luar biasa,
Yang meskipun pada awalnya dari istana tapi perbawa
Dan pengaruhnya cepat sekali menebar ke mana-mana
Bahkan ke seluruh penjuru negara karena jelas diterima
Seluruh kawula serta punggawa sebagai kitab luarbiasa

Mengajarkan tidak hanya, bagaimana cara hingga bisa
Hidup berdampingan rukun damai, berbingkai suasana,
Tapi juga mencipta kerukunan seluruh umat beragama
Serta setia berbakti pada negara berdasar sila dharma,
Dalam satu bagian mahaadikarya ini, dapatlah dibaca
Sejumlah petikan geguritan tuntunan manggala yudha
Yang jadi sangat terkenal serta populer di mana-mana
Karena para pendiri serta pemikir masa depan negara
Sepakat mengutip lalu menjadikan frasa, motto utama
Serta semboyan bagi sebuah negara merdeka supaya
Semua rakyat tanah ini sadar, setia ikut serta menjaga
Rona perdamaian dan kerukunan antar umat beragama.

Sudah dicatat Rwneka dhtu winuwus Buddha Wiswa,
Budda dan Siwa sejatinya, memanglah dua zat berbeda.
Bhinnki rakwa ring apan kena parwanosen -- berikutnya,
Jika terpisah lalu dikenalinya bagaimana? Itulah artinya.
Mangka ng Jinatwa kalawan iwatatwa tunggal - ketiga,
Yang diterjemahkan karena kebenaran keduanya itu esa,
Hingga Bhinnka tunggal ika tan hana dharma mangrwa 
Yang makna intinya, tidak ada kebenaran yang mendua,
Karena kebenaran ilahi sudah pasti adalah tunggal esa.
Bentuknya bisa saja bermacam, hingga tidak terhingga
Tetapi karena berasal dari yang satu serta mahakuasa
Maka seharusnya sama,.berbeda-beda tetapi satu jua.
Itu fakta dan realita, dan kala semboyan nan luarbiasa
Dibawa ke tataran persatuan bagi semua warga negara,
Yang kemudian dikenal negara manca sebagai mantera
Pengikat keutuhan kesatuan bangsa ramah di nusantara.
Lukisan dan karya sastra menjadi media, hingga negara
Selalu dipuja-puja di mana-mana, begitu juga di manca.

Karenanya menjadi agak di luar akal sehat serta logika
Jika ada anak bangsa justru bepikir, berbuat sebaliknya.

Dr. Tri Budhi Sastrio -- tribudhis@yahoo.com
HP. 087853451949 -- SDA23112011 -- Essi no. 052

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun