Berita tentang KPK, walaupun sering muncul dan tenggelam begitu saja, selalu menghiasi halaman utama banyak media di Indonesia. Berhasil, beritanya pasti menjadi berita utama. Gagal, tetap saja menjadi berita utama. Dibela, juga menjadi berita utama, Sedikit diusik, juga menjadi berita utama. Diterima, ditolak, didukung, atau diserang, tetap saja yang namanya KPK menjadi berita utama. Singkat kata KPK adalah news maker sekaligus news breakeryang dalam waktu panjang dipastikan akan tetap berjaya dan berkibar di angkasa nusantara.
Harapan setinggi gunung tampaknya memang diletakkan di pundak komisi yang satu ini. Harapan untuk memberantas korupsi, yang ditengarai dilakukan lengkap oleh segala lapisan, pada segala lapisan, dan merata di seluruh telatahnegeri tercinta. Penegak hukum, terbukti banyak yang korupsi. Pelaku usaha, yah korupsi juga. Elit partai dan penguasa, yah ... apalagi. Para birokrat kelas menengah ke atas, jangan ditanya lagi. Birokrat kelas bawah, eh ... ternyata sama hebat dan canggihnya dalam hal korupsi. Â Â
Lalu bagaimana dengan para akademisi, benteng dan pengembang ilmu pengetahuan, moral dan etika? Wah, korupsinya ternyata lebih parah. Sesuai dengan kemampuan mereka, korupsi yang dilakukan bukan saja benar-benar tidak terdeteksi, bahkan jika seandainya terdekteksi pun, payung hukum dan kebijakan untuk melakukan itu semua ternyata ada, lengkap, canggih, sehingga perilaku korup menjadi perilaku mulia setengah dewa. Coba sejenak dibayangkan, apa jadinya sebuah negara jika korupsinya merata di semua lapisan dan arah sehingga tidak ada tempat bagi yang namanya bukan korupsi. Semua dikorup, semua diambil secara tidak sah, tetapi dibuat menjadi sah, legal, dan tidak melanggar hukum. Negara semacam ini jalannya pasti agak sempoyongan, karena darah kehidupan yang seharusnya digunakan untuk hidup dan tumbuh normal, eh dihisap di mana-mana, di sana dihisap dan di sini juga dihisap.
Nah, kalau kondisinya sudah separah ini, salahkah kalau harapan setinggi gunung diletakkan di pundak KPK yang dinakhodai oleh hanya lima komisioner saja? Tentu saja tidak ada salah, tetapi kata orang bijak -- jika tidak ingin kecewa, ya jangan berharap -- begitulah juga hendaknya semua orang. Jangan terlalu banyak dan tinggi berharap, sehingga tidak terlalu banyak dan tinggi kekecewaannya nanti.
KPK dan segala sepak terjangnya tetap menjadi simbol dan harapan utama dalam rangka melakukan perlawanan pada tindakan koruptif. Tampaknya rakyat yang sederhana, lurus, dan bersahaja, berada di belakang komisi ini. Tetapi sayangnya dunia masa sekarang tidaklah sederhana, tidaklah terus lurus dan bersahaja. Rumit, bengkok, dan kompleks itulah faktanya. Akankah yang sederhana, lurus dan bersahaja dapat memenangkan pertarungan dahsyat ini? Saya tetap percaya masih bisa. Bagaimana dengan anda? Lalu memerlukan waktu berapa lama? Inilah yang tampaknya menjadi rahasia Sang Mahakuasa. Hanya saja, apapun yang terjadi, Â Kasidi hanya bisa berteriak lantang, ayo KPK, maju terus, sadap terus, sidik terus, jangan biarkan para maling dan perompak, besar atau kecil, Â tampak baik atau jahat, Â bebas berkeliaran begitu saja. Kasidi no. 127 - Â tbs-05122011Â