Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Bakiak Api" Kenangan Ramadhan Masa Kecil

24 April 2021   07:36 Diperbarui: 24 April 2021   09:03 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalo mendengar "Bakiak api" tentu akan memberikan perasaan ngeri dan berbahaya. Bayangan kita akan langsung tertujupada atraksi ekstreem dan berbahaya mirip debus atau sejenisnya. Eits, tunggu dulu jangan kejuhan mikirnya. Bakiak api hanyalah sekedar aksesoris seru saat ramadam masa lalu. Makin penasaran nih...


Bakiak sangat krab dengan para santri di pondok pesantern tradisional. Alas kaki dari kayu ini manjadi teman akrab selama menuntut ilmu keseharinnya. Suara yang ditimbulkannya juga khas. Klek..klek..tiklek..tiklek. Dari suaranya itulah namanya sering disebut "sandal tiklek" atau "tiklek" saja.


Awalnya tiklek memang biasa saja sih, menjadi alas kaki saat berangkat ke masjid untuk sholat tarawih. Tapi bagi penulis yang masa kecilnya hidup di kampung era 80an anak-anaknya selalu memunculkan kreasi luar biasa.


Suasana gelap malam akibat belum masuknya listrik tidak serta-merta mungurangi keceriaan dalam malam-malam Ramadhan. No gadget dan keterbatasan hiburan membuat RPM otak kiri anak-anak jadul berputar lebih cepat. Menciptakan karya- karya monumental... sepertihalnya dengan bakiak api.


Bakiak api mampu menghasilkan percikan cahaya saat pemakainya berjalan di jalan semen atau aspal... wuihh canggih kan. Itu terjadi sekitar 35 tahun yang lalu sebelum anak-anak zaman modern memakai sepatu berlampu kelap kelip yang ada batereinya. Bakiak api adalah eco-toys tanpa batrei dan ramah lingkungan.


Kok bisa... Apa sih yang dialami bakiak akibat kreatifitas anak-anak kreatif itu? Pembaca tentu tau kan batu korek api, atribut kecil berbentuk silinder yang biasanya menjadi pematik di korek api. Hanya itu bahan utamanya selain tentu saja sepasang bakiak. Alatnya juga simple saja, cukup palu dan sebuah paku kecil. Langkah pertama, membuat beberapa lubang di bagian bawah belakang bakiak menggunakan paku. Langkah kedua, menanam batu korek api pada lubang yang telah dibuat, daaannn selesai.


Saat bakiak api dipakai berjalan, gesekan antara batu korek dengan permukaan aspal akan menghasilkan percikan bunga api. Biasanya untuk mendapat efek yang dramatis anak-akan rame-rame berjalan di tempat-tempat gelap. Suara bakiak yang bersahutan dengan percikan bunga api yang fantastis membuat semarak kegembiraan anak-anak di malam penuh berkah. Tapi kalo mau memakainya harus tetap hati-hati ya, jangan dekat dengan bahan yang mudah terbakar.


Andai saja saya lahir di awal abad 21 pasti saya bakalan iri dengan kegembiraan masa itu. Tapi Alhamdulillah saya menjadi salah satu pelaku utamanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun