Tadarus alquran di masjid juga terasa menyenangkan bagi kami anak kecil, karena masyarakat sekitar ikut menyumbangkan kudapan dan makanan yang biasanya enak-enak. Buat saya, kudapan ini biasanya istimewa: yang tidak biasa saya nikmati di rumah. Apalagi kalau kudapan yang disumbangkan oleh tetangga yang kaya, pasti selalu lezat dan jarang-jarang saya mendapatkannya. Maklum bukan anak orang kaya.
Dengan kebiasaan dan suasana keakraban saat tadarus ini, kami yang anak kecil jadi tidak terasa kuat mendaras hingga larut malam. Biasanya akan berakhir hingga pukul sepuluh atau sebelas malam. Aktivitas rutin ini juga yang menjadikan kami dapat khatam 3 sampai 4 kali dalam satu bulan ramadan.
Pasca tadarus, kegiatan berlanjut dengan nongkrong dan main-main di sekitaran masjid. Kami bisa saling bercerita, ngerumpi tetangga-tetangga, atau melakukan permainan sederhana yang entah selalu seru. Jika tidak capek, main-main iseng ini bisa berlanjut hingga waktu patroli membangunkan sahur.
Nah, siapa anak kampung yang tidak berkesan mengeksekusi patroli sahur? Kami serasa mendapatkan legitimasi budaya dan moral untuk melakukan 'kegiatan onar' di waktu dini hari. Hal yang jika dilakukan di luar ramadan, niscaya akan membuat seisi kampung geger dan berang bukan kepalang. Namun saat ramada, emosi kebrutalan kami dapat tersalurkan di jalur yang benar.
Kami akan keliling ke seluruh penjuru kampung membawa kentongan, bedug, kaleng, blek kerupuk, atau apapun yang bisa dipukul dan menimbulkan bunyi-bunyian.
"Sahuurr... sahuuur...."
"Sahuurrr... sahuurrr..." gumam kami bersaut-satuan sampai serak.
Yang bikin jengkel sekaligus seru, kadang ada aja yang usil melempari rumah nenek tua yang terkenal jahat di kampung kami. Dulu saya tidak ikut melakukan hal itu, meski ikut menikmati juga jika nenek tersebut kemudian keluar sambil ngomel-ngomel. Hehe..
Selepas satu putaran berkeliling, biasanya energi dan suara kami sudah mulai habis. Bagaimana tidak, sudah sedari isya main-main terus tanpa jeda istirahat.
Kami kemudian pulang sambil menahan kantuk untuk santap sahur. Di sini biasanya mata sudah tinggal lima watt. Berat sekali rasanya. Tapi kalau sampai tertidur berisiko bablas hingga siang dan saya dimarahi sama Bapak. Maka jalan satu-satunya adalah menahan sekuat tenaga!
Saat azan subuh berkumandang, cepat-cepat saya melaksanakan salat subuh yang itu artinya selesai sudah 'tugas mulia ramadan' anak-anak kampung. Yang artinya juga langsung tidur hingga zuhur! Hehe...