Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tak Ada yang Mengelak Romantisme Patroli Sahur Saat Anak-anak

19 April 2021   11:41 Diperbarui: 19 April 2021   12:01 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas patroli sahur yang rutin diadakan anak-anak selama ramadan. | Dok: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Tadarus alquran di masjid juga terasa menyenangkan bagi kami anak kecil, karena masyarakat sekitar ikut menyumbangkan kudapan dan makanan yang biasanya enak-enak. Buat saya, kudapan ini biasanya istimewa: yang tidak biasa saya nikmati di rumah. Apalagi kalau kudapan yang disumbangkan oleh tetangga yang kaya, pasti selalu lezat dan jarang-jarang saya mendapatkannya. Maklum bukan anak orang kaya.

Dengan kebiasaan dan suasana keakraban saat tadarus ini, kami yang anak kecil jadi tidak terasa kuat mendaras hingga larut malam. Biasanya akan berakhir hingga pukul sepuluh atau sebelas malam. Aktivitas rutin ini juga yang menjadikan kami dapat khatam 3 sampai 4 kali dalam satu bulan ramadan.

Pasca tadarus, kegiatan berlanjut dengan nongkrong dan main-main di sekitaran masjid. Kami bisa saling bercerita, ngerumpi tetangga-tetangga, atau melakukan permainan sederhana yang entah selalu seru. Jika tidak capek, main-main iseng ini bisa berlanjut hingga waktu patroli membangunkan sahur.

Nah, siapa anak kampung yang tidak berkesan mengeksekusi patroli sahur? Kami serasa mendapatkan legitimasi budaya dan moral untuk melakukan 'kegiatan onar' di waktu dini hari. Hal yang jika dilakukan di luar ramadan, niscaya akan membuat seisi kampung geger dan berang bukan kepalang. Namun saat ramada, emosi kebrutalan kami dapat tersalurkan di jalur yang benar.

Kami akan keliling ke seluruh penjuru kampung membawa kentongan, bedug, kaleng, blek kerupuk, atau apapun yang bisa dipukul dan menimbulkan bunyi-bunyian.

"Sahuurr... sahuuur...."

"Sahuurrr... sahuurrr..." gumam kami bersaut-satuan sampai serak.

Yang bikin jengkel sekaligus seru, kadang ada aja yang usil melempari rumah nenek tua yang terkenal jahat di kampung kami. Dulu saya tidak ikut melakukan hal itu, meski ikut menikmati juga jika nenek tersebut kemudian keluar sambil ngomel-ngomel. Hehe..

Selepas satu putaran berkeliling, biasanya energi dan suara kami sudah mulai habis. Bagaimana tidak, sudah sedari isya main-main terus tanpa jeda istirahat.

Kami kemudian pulang sambil menahan kantuk untuk santap sahur. Di sini biasanya mata sudah tinggal lima watt. Berat sekali rasanya. Tapi kalau sampai tertidur berisiko bablas hingga siang dan saya dimarahi sama Bapak. Maka jalan satu-satunya adalah menahan sekuat tenaga!

Saat azan subuh berkumandang, cepat-cepat saya melaksanakan salat subuh yang itu artinya selesai sudah 'tugas mulia ramadan' anak-anak kampung. Yang artinya juga langsung tidur hingga zuhur! Hehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun