Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Teknik "Puasa-Lebaran" dalam Perkara Berbelanja agar Keuangan Semakin Optimal

18 April 2021   16:35 Diperbarui: 18 April 2021   17:04 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggunakan teknik puasa-lebaran agar cerdik mengelola keuangan | Dok. Annie Spratt - unsplash.com

Sebagai orang dengan keuangan tidak terlalu berlebih, kecerdikan kita mengelola keuangan menjadi salah satu jurus penting yang perlu dikuasai. Secara panjang lebar, pernah saya ulas bagaimana saya mengelola keuangan menggunakan skema income pentagon. Bisa di baca di sini: Income Pentagon Formula, Strategi Saya Mengelola Keuangan yang Terbatas.

Strategi tersebut tampaknya bisa digunakan kapanpun termasuk saat ramadan. Penyesuaian mungkin perlu di beberapa bagian karena saat ramadan, setidaknya ada beberapa ibadah yang memang memerlukan dana sebagai sarat pemenuhannya.

Yang wajib tentu ada zakat fitrah dan zakat maal jika sudah terpenuhi syaratnya. Yang sunah, ada sedekah, memberi buka puasa untuk orang lain, atau bahkan untuk keperluan sahur dan buka puasa kita sendiri. Untuk yang terahir ini, tidak perlu mewah yang penting bergizi dan dapat menunjang aktivitas puasa kita secara baik dan khusyuk.

Dalam perkara mengatur dana saat ramadan, prinsipnya (harusnya) tidak jauh beda dengan bulan-bulan ramadan. Tip-tip yang biasa diajukan oleh para perencana keuangan pribadi tetap layak untuk diikuti semisal, memprioritaskan yang penting terlebih dahulu, tidak menghabiskan dana untuk yang tidak terlalu dibutuhkan, memikirkan betul-betul sebelum memutuskan berbelanja, hingga sebisa mungkin menambah pemasukan agar semakin leluasa memiliki dana cadangan.

Tidak lupa, sisihkan dana investasi dan dana darurat dalam setiap porsi anggaran bulanan kita. Investasi berguna agar dana kita terus bertumbuh, dan dana darurat berguna jika sewaktu-waktu ada peristiwa genting agar kita siap menghadapi dan tidak terlalu membuat pusing dari sisi finansial.

Untuk melengkapi hal-hal yang sudah kita ketahui bersama, ada satu hal yang dapat kita ambil dari aktivitas puasa ramadan yang kita sedang jalani. Puasa ramadan yang berujung lebaran di akhir bulan.

Makna puasa adalah menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa semisal makan, minum, dan berhubungan suami istri. Perkara lebih spiritualnya adalah menahan diri dari perbuatan-perbuatan tercela yang dapat menggerus kebersihan hati kita.

Filosofi ini yang saya gunakan juga dalam mengelola keuangan, terutama terkait dengan habit spending saya. Saya sering menerapkan pola puasa-lebaran dalam memutuskan membeli barang-barang yang sifatnya tersier atau rekreasi. Efeknya, sama seperti puasa, kita juga jadi memiliki kebiasaan baru yang baik, sekaligus memperoleh 'ganjaran' saat berhasil melaluinya.

Bagaimana cara mempraktikkannya?

Saat saya ingin membeli sepatu yang harganya agak mahal, saya harus 'bernegosiasi' dengan diri. Caranya dengan menahan diri terlebih dahulu dan melakukan habit positif di depan, alih-alih janji palsu di belakang setelah berbelanja.

Misalnya: pernyataan yang biasa dilakukan adalah 'saya akan rutin lari pagi jika saya sudah memiliki sepatu merk A, jadi besok saya akan belanja sepatu merk A'; saya ganti menjadi 'saya harus rutin lari pagi selama sebulan dengan apa yang sudah saya miliki saat ini, setelah berhasil baru saya boleh membeli sepatu merk A yang saya impikan.'

Contoh lain semisal dalam hal membeli buku. Saya contohkan ini karena saya termasuk yang suka baca dan beli buku, yang biasanya berisiko suka belinya tapi tak punya waktu untuk membacanya. Untuk mengatasi hal ini, saya mengubah cara belanja saya dengan teknik puasa-lebaran. Daripada saya berjanji pada diri, 'saya akan beli buku judul B dan berjanji akan tuntas membacanya segera' saya mengubah menjadi 'saya harus selesai membaca buku Y (yang sudah ada di rumah namun belum dibaca) dan membuat tulisan ulasannya, baru saya boleh menghadiahi diri dengan membeli buku baru berjudul B'.

Cara seperti ini akan melatih kita 'memikir ulang dan melihat kembali' apa-apa yang telah kita miliki dan menimbang penting tidaknya mengeluarkan uang untuk berbelanja hal yang kita inginkan. Jika memang penting dan ingin, kita harus 'berpuasa' dengan melakukan tirakat lelaku positif terlebih dahulu sebelum 'memperbolehkan diri' untuk langsung membelinya.

Dengan adanya pasar portable di genggaman kita berupa marketplace yang ready melayani 24 jam nonstop, nafsu belanja kita seringkali tidak terkontrol. Malam hari gabut tidak bisa tidur, buka-buka toko online, scroll-scroll berujung checkout barang belanjaan. Biasanya kita memaklumi dengan pikiran 'halah barang murah tidak menguras tabungan banyak' namun jika tidak dikendalikan, dalam sebulan jika ditotal kadang sampai sejuta juga. Tabungan kita habis untuk belanja barang yang sifatnya impulsif.

Maka, mumpung saat ramadan dan kita sudah terbiasa berpuasa menahan hawa nafsu, sekarang kita latih juga berpuasa menahan berbelanja. Caranya dengan mendahulukan kaul pembiasaan hal-hal baik terlebih dahulu. Baru di ujungnya nanti jika kita berhasil, kita boleh 'berlebaran' belanja barang incaran kita dengan suka cita tanpa perlu rasa bersalah.

Mengikuti pemeo orang jawa: saben poso, pasti ono riyayane. (*TF)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun