Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

10 Rumus "Gampang Cari Uang dengan Menulis Opini"

2 September 2019   23:35 Diperbarui: 2 September 2019   23:50 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku 'Gampang Cari Uang dengan Menulis Opini | Dok. pribadi

Terus terang, saya masih lanjut memperbaiki kualitas tulisan saya, terutama perihal penulisan opini. Apa yang saya lakukan selama ini 'asal nulis' saja semata untuk membiasakan diri terlebih dahulu dengan aktivitas tulis menulis, aktivitas yang sempat lama vakum tidak saya lakukan dengan serius.

Prinsip 'asal menulis' ini supaya saya tidak terbebani dengan perihal tetek bengek rumus-rumus kepenulisan yang bisa-bisa membuat saya tidak jadi memproduksi sebuah artikel utuh. Makanya, saat saya merasa sudah siap diberikan patokan-patokan, saya mulai mencari buku-buku yang memang khusus membahas tentang penulisan opini. Dan ketemulah buku ini.

Saya menilai, buku ini cukup cocok untuk dijadikan panduan awal dalam penulisan sebuah opini. Iswadi Suhari, penulis buku ini, walk the talk terhadap apa yang disampaikan.

Iswadi benar-benar menceritakan pengalaman dan proses kreatifnya dalam menulis sebuah opini untuk dimuat di media massa nasional.

Jika barometer kualitas penulis opini jempolan adalah yang bisa menembus kolom opini halaman 6 dan 7 Harian Kompas, maka Iswadi pun telah lulus tantangan itu. Maka patut kita 'dengar'kan apa yang disampaikannya.

Buku ini tidak disajikan dalam bab per bab, melainkan seperti serangkaian artikel pendek yang membentuk satu tema. Artikel pendek itu mewakili satu langkah yang harus dilalui seorang penulis opini berikut dengan beberapa studi kasus hasil pengalaman penulis buku ini.

Buku ini bisa dibaca cepat sehari selesai dan mendapatkan intisarinya. Di sisi lain, buku ini juga bisa dibaca perlahan untuk menemani proses penulisan opini kita, sebab tiap detilnya seringkali berisi tips praktis yang bisa langsung digunakan.

Dus, secara garis besar panduan menulis opini versi buku ini adalah:

1. Niat yang Powerful

Niat orang menulis bisa bermacam-macam, namun pilihlah niatan yang paling kuat sehingga memberikan Anda energi menuntaskan artikel opini yang sudah Anda rencanakan.

Niat ini bisa karena keinginan berbagi, mengedukasi, narsis, ketenaran, atau bahkan finansial. Pokoknya, pilih niat yang paling bisa menggaransi Anda menyelesaikan perjalanan mulai dari awal hingga akhir artikel selesai.

Penulis buku ini mewanti-wanti, niatan yang kurang kuat bisa mengakibatkan tulisan kita macet di tengah jalan dan tidak akan pernah selesai.

2. Benchmarking/Mencontek

Sebelum kita memulai proses penulisan, hendaknya kita membencmarking opini-opini yang sudah muncul di media massa yang akan kita tuju. Memang setiap penulis akan memiliki gaya tulisan masing-masing, namun wajib dicoba membaca barang 5 hingga 8 artikel opini yang sudah tampil sehingga kita menemukan 'warna' dari setiap opini di suatu media massa.

Beda media, biasanya beda juga 'warna'nya. Di sinilah tahapan kita 'melihat-lihat' tulisan orang lain dan mencontek cara menulis mereka yang sudah terbukti telah diterbitkan/dipilih oleh redaksi media massa tersebut.

3. Memilih Tema dan Tentukan Kalimat Kunci

Setelah menyerap 'gaya dan pola' tulisan yang sudah terbit di media yang akan kita bidik, maka saatnya kita menentukan tema opini yang akan dijadikan sebuah artikel. Ide opini ini bisa muncul dari mana saja.

Biasanya kita sudah mempunyai 'isu' tertentu di kepala kita yang ingin kita tuliskan. Saya sendiri biasanya menulis setelah memiliki suatu ide yang tampaknya menarik untuk dijadikan artikel.

Untuk pemula, penulis buku ini menyarankan agar mengambil tema yang sesuai dengan keahlian/bidang yang kita geluti sehari-hari. Ini akan memudahkan kita menyelesaikan hingga rampung.

Jika sudah memiliki tema, perlu selanjutnya kita konkritkan tema tersebut dalam sebuah kalimat inti. Dalam satu artikel opini, sebenarnya sudah cukup mengemukakan satu saja ide. Saya sendiri, saat menjalani aktivitas #writingmarathon cukup mengusahakan satu gagasan untuk setiap tulisan.

Teknik mengkonkritkan ide opini adalah dengan cara membuat sebuah kalimat atas tema yang sudah kita tentukan, seperti:

  • Kurikulum Nasional yang diterapkan di sekolah sekarang sudah tidak relevan.
  • Berakhirnya era akuntansi di tengah perusahaan digital dan start-up.
  • Kurang pahamnya Kepala Daerah terhadap pengelolaan keuangan dan aset daerah.
  • Layakkan Papua diberikan referendum?
  • Seberapa urgen pemindahan ibukota negara?
  • Impor beras harus segera dikurangi.
  • Tempat hiburan malam harus dilarang beroperasi saat bulan Ramadan.

Atau beragam perpektif lain kita terkait suatu isu. Ubah ide di kepala kita menjadi sebuah kalimat utama yang akan kita deliver kepada pembaca melalui sebuah artikel opini.

4. Membuat Outline dan Menyiapkan Data Pendukung

Dalam tahap ini, kita akan membuat kerangka artikel seperti apa hendak disampaikan. Poin-poin pembahasan apa saja yang dirasa perlu untuk diutarakan dalam rangka menyusun bangunan argument untuk mendukung kalimat kunci kita di atas.

Kerangka ini akan memudahkan kita dalam menulis dan menjaga ritme energi sehingga tidak kehabisan tenaga saat penulisan, juga untuk mengawal struktur argumen yang akan kita sampaikan.

Selain itu, kerangka/outline yang telah terbentuk, bisa dijadikan panduan kita dalam mencari data dan informasi pendukung.

Di sinilah saatnya kita menambang data dan segala informasi untuk keperluan tulisan opini kita. Opini yang baik adalah opini yang didukung oleh sumber data valid dan kuat.

Penulis buku ini menyarankan jangan sampai kegiatan menulis bebarengan dengan aktivitas pencarian data, hal ini akan menjadi distraksi tersendiri dan dikhawatirkan memacetkan proses menulis kita.

Jadi, di sinilah data itu dikumpulkan sebaik mungkin. Jangan lupa, gunakan hanya sumber-sumber yang dapat dipercaya kredibilitasnya.

5. Saatnya Mulai Menulis!

Kalimat kunci sudah ada, kerangka sudah tersusun, data pun sudah siap, maka kini saatnya kita menuliskan gagasan kita dalam bentuk artikel opini.

Sebagaimana saya dapatkan tips dari beberapa penulis lain, penulis buku ini juga menekankan bahwa aktivitas menulis jangan dibarengi dengan aktivitas mengedit.

Menulis ya menulis saja. Disiplin pada kerangka yang telah disusun. Fleksibel jika menemukan penambahan atau pengurangan kerangka jika dianggap perlu, dan ketat dalam menggunakan data pendukung untuk menguatkan argumen yang kita susun.

Di sinilah kita menuliskan secara runtut ide yang akan kita sampaikan kepada pembaca.

6. Kini Waktunya Mengedit

Setelah merampungkan proses penulisan mulai dari awal hingga akhir, kini saatnya mulai mengedit. Jika sebelumnya kita berperan sebagai penulis, kini saatnya kita berganti menjadi seorang editor.

Dalam proses inilah kita mengoreksi ulang tata bahasa, alur tulisan, kesalahan-kesalahan ketik, penggunaan tanda baca, serta keterkaitan antara satu paragraf dengan paragraf lain.

Di sini pulalah kesempatan kita menambahkan kata-kata penghubung sehingga lebih membuat powerful dan dramatis tulisan kita. Dalam buku ini disebutkan contoh paragraf sebelum dan sesudah ditambahkan diksi-diksi  atau frase yang bisa membuat tulisan kita lebih bombastis, tanpa kehilangan keeleganan dan esensi tulisan.

Beberapa contoh diksi tersebut antara lain: ironis, celakanya, kacau, senjata pamungkas, kesempatan emas, memutar jarum pandangan publik, dan sebagainya. Frase-frase ini jika ditempatkan di posisi yang pas akan menambah ciamik tulisan yang kita susun.

Dalam proses editing ini, perlu juga kita mempertimbangkan syarat dan ketentuan media yang akan kita tuju. Hal ini penting, sebab sebagus apapun artikel opini kita, jika tidak sesuai ketentuan yang mereka harapkan, tulisan kita pasti akan ditolak. Ketentuan ini semisal panjang/jumlah kata, gaya penulisan, atau terkadang media tersebut hanya menerima tulisan dengan tema tertentu.

7. Freezing Time

Saya baru tahu step ini saat membaca buku ini, bahwa sebaiknya kita memberikan waktu jeda (freezing time) saat selesai menulis dan mengedit artikel opini kita. Freezing time adalah  mengendapkan tulisan dan mencoba menetralkan tulisan dari emosi kita yang masih terbawa.

Saya sendiri merasakan, saat proses menulis biasanya seorang penulis merasakan suatu ekstase yang membuat emosi kita meluap-luap. Hal ini tentu baik, namun jika tidak terkontrol bisa merusak nuansa tulisan kita. Maka, waktu jeda ini menjadi penting.

Penulis buku ini menyarankan waktu jeda selama satu hingga tiga hari untuk tulisan yang tidak terlalu urgen mengejar momentum peristiwa. Atau jika harus selesai cepat karena mempertimbangkan hype yang sedang terjadi, maka freezing time ini bisa dipersingkat dalam beberapa jam.

Jadi, tinggalkan tulisan Anda, lakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan proses menulis Anda.

8. Baca Kembali dan Minta Masukan Orang Lain

Setelah masa freezing time ini selesai, kita dianjurkan untuk membaca kembali tulisan yang sudah kita buat. Biasanya akan timbul koreksi-koreksi minor namun penting saat emosi kita sudah stabil.

Jika dirasa sudah cukup baik dalam perspektif kita sebagai penulis, langkah selanjutnya adalah meminta orang lain untuk membaca dan memberikan masukan.

Menurut Iswadi, ada tiga kategori pembaca yang perlu kita dengarkan masukannya. Pertama orang yang mengerti tentang topik yang kita tuliskan sehingga kita mendapatkan masukan secara substansi yang sedang kita kemukakan.

Kedua orang yang menguasai tentang dunia kepenulisan. Pihak seperti ini kita harapkan koreksinya terkait teknis tulis menulis (bukan substansi), termasuk kemungkinan salah tanda baca, pemotongan paragraf, dan sebagainya.

Dan yang ketiga adalah orang awam yang tidak memahami tema yang kita tuliskan. Ini penting untuk memastikan bahwa opini kita juga bisa dikonsumsi oleh orang biasa yang tidak terlalu berkecimpung terkait hal teknis tema opini kita.

Dalam perspektif media yang kita tuju, tentu semakin banyak orang yang mendapatkan pencerahan dan manfaat dari opini kita, akan semakin baik. Maka dari itu kita sebagai penulis, perlu juga mempertimbangkan hal ini.

Jika sudah mendapatkan masukan dari ketiga pihak di atas, saatnya menindaklanjuti komentar-komentar tersebut dengan memperbaiki sesuai dengan yang kita anggap perlu. Tidak perlu semua masukan dihiraukan, cukup yang kita rasa perlu untuk diperbaiki.

9. Saatnya Mengirim ke Redaksi

Tulisan sudah selesai, perbaikan akhir berdasarkan masukan pembaca awal pun sudah ditindaklanjuti, maka kini saatnya mengirimkan tulisan ke redaksi media yang akan kita tuju. Dalam buku ini dicontohkan bagaimana cara menulis email yang baik dan sudah terbukti memperbesar peluang untuk ditampilkannya opini kita di media mereka.

10. Jangan Menyerah

Ditolak adalah hal biasa. Penulis buku ini menekankan bahwa proses penulisan hingga artikel opini kita dimuat di media massa besar adalah sebuah perjalanan pembelajaran yang hendaknya kita nikmati dan tidak menjadikan mudah menyerah.

Penulis buku ini pun beberapa kali ditolak opininya sebelum akhirnya benar-benar dimuat di media yang dituju, dan tentu diikuti dengan hak honor atas tulisan tersebut.

***

Buku ini kaya akan contoh-contoh kasus yang penulisnya alami sendiri. Contoh artikel-artikel yang pernah ditolak berikut dengan balasan penolakan dari redaksi media juga ditampilkan dalam buku ini. Iswadi Suhari telaten mendokumentasikan proses kreatifnya dalam buku ini sehingga memudahkan pembaca mentrack apa-apa saja yang perlu dilakukan hingga opini layak dimuat di media massa.

Dari buku ini juga akhirnya saya tahu gambaran besaran honor yang diterima dari masing-masing media cetak besar di Indonesia.

Level kegunaan buku ini cocok untuk tingkat pemula hingga medium. Bagi penulis level advance, trik-trik yang disajikan di buku ini saya rasa terlalu 'standar' dan sudah otomatis mereka lakukan.

Dalam buku ini memang tidak dijelaskan detail bagaimana cara memilih tema dan perspektif yang urgent bagi media-media sehingga potensi dimuatnya tulisan kita menjadi besar. Juga tidak disajikan bagaimana mengolah data mentah untuk kemudian dijadikan bahan tulisan yang ringan namun argumentatif untuk menyumbang bobot kualitas artikel kita.

Secara keseluruhan, buku ini layak dijadikan pegangan bagi pemula yang ingin belajar menulis opini di media massa. Saya cukup terbantu dengan buku ini.

Bagaimana, Anda siap mencoba peruntungan menembus media massa dengan artikel opini Anda?

Identitas Buku

Judul: Gampang Cari Uang dengan Menulis Opini
Pengarang: Iswadi Suhari
Penerbit: Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Tahun 2015
Tebal: x+126 halaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun