Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Pahlawanku] Guru Ngaji di Surau

18 Agustus 2019   13:47 Diperbarui: 18 Agustus 2019   14:01 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cerpen | olah pribadi

Dari dalam surau kecil, dia memandang ke balik jendela. Tampak ujung pohon menjulang sambung menyambung tanpa putus. Deretan bukit-bukit hijau menyembul di antaranya, kian lama kian tampak seiring fajar yang terus naik.

Keinginan terbesarnya adalah pergi haji, atau setidaknya umroh. Namun dia sadar penghasilannya saat ini menjadikan impian itu agak susah terpenuhi, maka inilah kesehariannya sejak dua puluh tahun lalu setelah mentas dari pesantren milik Kyai Sepuh. Berdiam diri selepas shalat subuh berjamaah hingga fajar mulai terang, berharap pahala layaknya orang-orang yang mabrur.

Dia tinggal seratus meter dari tempat orang berjamaah itu, bersama istri dan dua orang anaknya. Selepas ini biasanya dia pergi ke kebun belakang rumah peninggalan mertuanya. Di pikirannya sederhana saja, asal bisa buat makan dan biaya sekolah anak-anak maka berkebun saja sudah cukup.

"Pak Udin, nanti sore masuk, kan ngajinya?"

"Iya," jawabnya.

***

"Wah... dana beasiswanya kok belum cair ya? Biaya hidup pakai apa nih?" Gumamnya sambil menatap internet banking di layar ponselnya.

Dua jam kemudian dia fokus menulis di laptopnya. Analisis terkini tentang kondisi Suriah pasca ISIS yang dikemas dalam bentuk opini. Jago sekali dia membuat naskah yang aduhai. Dikirimkannya ke salah satu media besar di Indonesia. Harapan satu-satunya adalah naskah itu cepat dimuat untuk kemudian honornya cair.

"Abdul Majid Bustomi -- Mahasiswa doktoral Universitas Baghdad, Pengamat Timur Tengah." Ketikan bagian akhir naskah sebelum kemudian di kirim.

Dia hempaskan badan di kasur sebuah flat yang disewanya. Menghadap jendela kaca besar dengan bebas dia bisa memandangi riuhnya kota metropolitan yang sedang sibuk-sibuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun