Mohon tunggu...
Triana Pujilestari
Triana Pujilestari Mohon Tunggu... Lainnya - Fungsional Umum di BPS Kab. Tuban

Fungsional Umum di BPS Kab. Tuban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengukur Kebahagiaan di Tengah Pandemi

26 Juni 2021   10:59 Diperbarui: 27 Juni 2021   09:14 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Instrumen Pencacahan SPTK 2021

KEBAHAGIAAN (happiness) menjadi salahsatu hal penting yang harus dikejar dalam hidup. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “bahagia” didefinisikan sebagai sebagai keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Kebahagiaan sendiri diartikan sebagai kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin); keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin (kbbi.web.id). Setiap orang memiliki persepsi kebahagiaan yang berbeda. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa kebahagiaan umumnya dianggap sebagai hal penting dalam hidup. Banyak orang beranggapan bahwa tujuan akhir hidup adalah kebahagiaan.

Ukuran kebahagiaan bagi masing-masing orang berbeda satu sama lain. Secara umum, orang biasa mengaitkan capaian kesejahteraan dengan tingkat kebahagiaan. Kesejahteraan umumnya digambarkan dengan besarnya pendapatan yang diterima oleh seseorang. Orang dengan pendapatan yang lebih tinggi cenderung berpeluang lebih besar untuk mendapatkan apapun yang mereka inginkan. Namun, pada sebagian orang, kebahagiaan tidak hanya dipandang dengan besar kecilnya pendapatan. Beberapa orang ada yang menyikapi kebahagian dengan adanya kebebasan untuk bisa melakukan apapun, dimanapun, kapanpun. Bagi sebagian orang yang lain kebahagiaan dimaknai sebagai momentum untuk bisa berkumpul dengan keluarga dan orang terkasih yang berperan penting dalam hidup.

Pengukuran Kebahagiaan

Badan Pusat Statistik (BPS) turut serta mengikuti perkembangan tentang kebahagiaan dengan menyusun indikator kebahagiaan melalui Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) Tahun 2014 dan 2017. Pengukuran ini dilakukan karena beragamnya persepsi seseorang dalam menilai kebahagiaan. Indikator kebahagiaan merupakan gambaran tingkat kesejahteraan yang mendeskripsikan tingkat kebahagiaan subyektif terkait aspek kehidupan yang dianggap penting dan bermakna. Pengukuran ini menghasilkan sebuah indikator yang disebut sebagai Indeks Kebahagiaan. Di tahun 2021 ini, BPS kembali akan melakukan pengukuran Indeks Kebahagiaan untuk yang ketiga kalinya.

Kebahagiaan mencakup fenomena kehidupan yang kompleks dengan berbagai determinannya yang saling berkorelasi. Penilaian terhadap tingkat kebahagiaan memerlukan sebuah kerangka kerja yang tercakup dalam tiga dimensi kehidupan, yaitu (1) Dimensi Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), (2) Dimensi Perasaan (Affect), dan (3) Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia). Dimensi Kepuasan Hidup dibedakan menjadi subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan Kepuasan Hidup Sosial. (BPS, 2017)

Pada tahun 2014, BPS melakukan pengukuran kebahagiaan hanya menggunakan Dimensi Kepuasan Hidup. Di tahun 2017, Indeks Kebahagiaan ditambahkan Dimensi Perasaan dan Dimensi Makna Hidup. Penambahan dimensi pada pengukuran kebahagiaan di tahun 2017 dilakukan berdasarkan adaptasi OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang dikombinasikan dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia.  Pada tahun 2021, terdapat penambahan variabel terkait kriminalitas dan perilaku peduli lingkungan hidup. Sehingga, di tahun ini tujuan khusus SPTK 2021 yaitu  menyediakan data untuk menghitung Indeks Perilaku Peduli Lingkungan Hidup (IPPLH) dan indikator terkait kriminalitas.


Gambaran Tingkat Kebahagiaan di Indonesia

Menurut BPS, Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017 sebesar 70,69. Artinya dalam skala 0-100, kondisi kehidupan penduduk Indonesia dapat dikatakan cukup bahagia, karena rata-rata kebahagiaan sudah di atas 50. Jika dipilah lebih rinci berdasarkan tiga dimensi yang digunakan untuk mengukur indeks kebahagiaan, dimensi kepuasan hidup memiliki kontribusi tertinggi (34,80 persen), disusul dimensi makna hidup (34,02 persen) dan dimensi perasaan (31,18 persen).

Mengutip data BPS, aspek keharmonisan keluarga yang merupakan salah satu indikator pada sub-dimensi kepuasan hidup berpengaruh tinggi terhadap kebahagiaan penduduk Indonesia dengan angka 80,05. Ini dapat diartikan bahwa memiliki hubungan yang berkualitas dengan keluarga dan orang terdekat akan membuat seseorang menjadi lebih bahagia dalam menjalani hidup. Namun terkadang, seseorang tidak menyadari bahwa hal yang paling berpengaruh dalam kepuasan hidupnya adalah keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun