Mohon tunggu...
T Eva Christine Rindu Mahaganti
T Eva Christine Rindu Mahaganti Mohon Tunggu... lainnya -

Memimpikan Indonesia benar-benar merdeka. Suka menuangkan semua mimpi, harap,kecemasan,keprihatinan dan gagasan dalam tulisan. Percaya bahwa menulis adalah amunisi yang ampuh untuk menggerakkan perubahan....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengukur Keperjakaan Seorang Laki-laki Itu Tidak Sulit Kok!

14 Mei 2011   15:55 Diperbarui: 4 April 2017   16:38 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seorang teman saya yang mantan polisi, bercerita bahwa untuk masuk akademi kepolisian, ia dan teman-temannya harus menjalani serangkaian tes untuk memastikan bahwa mereka layak untuk diterima belajar di sana. Salah satu tesnya adalah tes keperawanan dan keperjakaan.

Saya yang saat itu masih lugu-lugunya tentu saja heran. Setahu saya, mengetahui keperawanan seorang perempuan itu mudah, karena memang banyak literaturnya. Namun mengetahui perjaka atau tidaknya seorang laki-laki, bagaimana caranya? Menurut teman saya, dokter hanya memegang alat kelaminnya dan memastikan bahwa ia masih perjaka. Saya bengong. Sesimpel itukah?

Akhirnya saya tahu bagaimana membedakan seorang laki-laki yang masih perjaka dengan yang tidak. Caranya adalah saat malam pertama, ia tidak tampak lihai saat melakukannya. Masih kaku dan kikuk melakukannya. Yang kedua dan yang paling menentukan bahwa seorang laki-laki itu benar-benar perjaka adalah bukan pada lututnya, yang katanya kopong. Itu mitos. Yang benar adalah apakah alat kelamin laki-laki itu halus atau tidak. Laki-laki yang sering melakukan seks, maka kulit pada alat kelaminnya akan terasa halus. Sangat halus malah.

Jadi siapa bilang bahwa keperjakaan seorang laki-laki itu tidak bisa diukur. Mudah sekali caranya. Hanya mungkin, mengungkapkannya masih dianggap sebagai hal yang tabu. Dari segi keadilan jender, jelas minimnya literatur tentang menguji keperjakaan laki-laki yang minim, dibandingkan dengan tulisan tentang keperawanan perempuan, sangat tidak adil. Semua orang tahu bahwa ukuran perawan atau tidaknya seorang perempuan adalah dari selaput dara, sedangkan untuk laki-laki, tidak ada informasi yang jelas seperti membongkar ketidakperawanan perempuan. Apalagi ada usulan melakukan tes keperawanan terhadap siswi di sekolah untuk mengetahui moral siswinya.

Saya bingung, heran dan geleng-geleng kepala ketika ide itu bisa lahir dari kepala seorang pejabat negara. Apa maksudnya? Mengapa pula hanya perempuannya saja? Memangnya perempuan bisa tidak perawan sendirian? Bukankah laki-laki yang menyebabkan mereka jadi kehilangan keperawanan? Kalau perempuan dites, laki-lakinya terlebih lagi dong! Tetapi apa gunanya ya? Apakah tes itu efektif untuk meningkatkan prestasi siswa atau malah mempermalukan mereka? (Eva)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun