Mohon tunggu...
Triana Amalia
Triana Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang wanita yang bersosialisasi dengan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Investasi China: Bungkam Pembelaan Indonesia untuk Uighur

7 Februari 2022   10:36 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:03 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar  Ilustrasi Investasi oleh Steve Buissine dari Pixabay

Selama ini, kita hanya menganggap saudara itu hanya satu kakek atau satu buyut. Satu darah keturunan saja. Padahal sesama muslim adalah saudara, satu tubuh. Artinya, jika ada satu anggotanya yang sakit, maka semua ikut merasakan sakitnya. Warga muslim di Palestina, Rohingya, Uighur dengan susah payah benar-benar menggigit keyakinan mereka dengan gigi geraham. Namun, bagaimana kita sekarang? Hanya mampu bersyukur kah? Bersyukur karena Umat Muslim di Indonesia aman, damai, tentram. Bisakah kita membela mereka? Membawa mereka pada kedamaian?

Salah satu umat Islam yang sedang memperjuangkan keyakinannya adalah Etnis Uighur di Xinjiang mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dari Pemerintah China sejak tahun 2017 berupa penahanan di kamp-kamp untuk memasukkan identitas komunis China kepada Umat Muslim Uighur, pemaksaan wanitanya untuk menikah dengan Suku Han (penduduk asli China), bahkan hingga pemerkosaan, pembunuhan dan eksperimen yang membahayakan nyawa.

Secara demografis, Etnis Uighur menempati Turkistan Timur. Uighur lebih dekat secara bahasa dengan Etnis Turk (yang berbahasa Turkik, bukan hanya Turki, tapi juga yang tersebar di Asia Tengah), secara kultur dengan negara-negara tetangga seperti Tajikistan, Kazakistan dan Kirgiztan, serta secara agama merupakan mayoritas Muslim. Dari bentuk fisik wajahpun cukup berbeda dengan China kebanyakan. Di China, terdapat 56 etnik di mana mayoritas (>90%) adalah Han dan 55 etnis lainnya minoritas (<10%). Ada banyak alasan mengapa pemerintah China memperlakukan muslim Uighur secara 'berbeda' dibandingkan kepada muslim dari etnis Han atau yang lain.

Setidaknya ada dua alasan: pertama, karena etnis Uighur dicurigai pemerintah China sebagai pemberontak, ingin melepaskan diri dari China, dan dituduh masuk ke dalam jaringan teroris. (m.liputan6.com, 18/12/2018). Alasan kedua adalah motif ekonomi. Ladang gas yang diperkirakan menyimpan cadangan 115,3 miliar meter kubik ditemukan di lembah Tarim, Daerah Otonomi Xinjiang, China. Hal ini disampaikan otoritas China yang mengklaim bahwa pihaknya telah menemukan cadangan gas bumi tersebut. Diperkirakan ladang gas Tarim selain mengandung 115,3 miliar meter kubik gas alam, juga terdapat 21,66 juta ton kondensat gas. Ladang gas Tarim memasok gas alam ke 15 provinsi/daerah setingkat provinsi di wilayah utara dan timur China melalui jaringan pipa gas yang terbentang dari barat ke timur. Xinjiang yang merupakan daerah otonomi setingkat provinsi di wilayah bagian barat China yang berbatasan langsung dengan Rusia, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Afghanistan, dan Pakistan itu dikenal memiliki cadangan minyak dan gas bumi yang melimpah. (republika.co.id, 05/10/2019).

Sayangnya kita tidak bisa membela mereka secara diplomatis, mengapa? Karena kita hidup dengan aturan politik Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim tidak masuk daftar 43 negara yang mengecam China atas isu Uighur. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah memastikan, meski tidak ikut serta dalam salah satu Join Statement oleh sekelompok negara mengenai isu Xinjiang, namun Indonesia memilih jalan lain. Sejalan dengan mekanisme HAM PBB, Indonesia tetap menyuarakan agar berbagai pandangan atau concern terhadap suatu isu HAM bisa tetap tersampaikan.

            Alasan tindakan Pemerintah Indonesia itu karena China tidak pernah mencampuri urusan negara mitra dagang juga terkait kebijakan politik luar negeri. China telah berinvestasi di negara-negara mayoritas muslim dengan jumlah fantastis. Pada tahun 2018 saja investasi China di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara dari 2005 hingga tahun 2018 telah berjumlah AU$144,8 miliar. Sementara di Malaysia dan Indonesia, jumlahnya AU$121,6 miliar dibandingkan periode yang sama, menurut lembaga think tank American Enterprise Institute. Fakta ini dipaparkan oleh Pakar kebijakan China Michael Clarke, dari Universitas Nasional Australia. Sangat mengiris hati, tatkala rakyat biasa yang ingin membela Etnis Uighur terbungkam oleh Pemerintah, yang taat dengan aturan yang diberlakukan negara penganut komunis tersebut.

            Fakta yang sangat mencengangkan sekaligus membuat sedih. Di mana penguasa di negeri mayoritas Muslim bersenyum sapa dengan penganut komunis dan membiarkan saudara seimannya merintih berjuang sendiri. Sudah jelaslah hadist riwayat Rasulullah Shalallahu A'laihi Wassalam:

            "Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam." (HR Muslim).

            Hadis di atas sangat bertolak belakang dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh sesama muslim walaupun lokasi mukimnya berjauhan. Bersinggungan dengan politik non intervensi (tidak mencampuri urusan dalam negeri suatu negara) yang dianut oleh negara -negara di dunia. Ditambah banyaknya proyek pembangunan di Indonesia yang didanai oleh China.

            Sudah saatnya umat muslim dunia mempunyai pemimpin yang tegas dengan Syari'at Islam bukan memakai hukum buatan manusia  terhadap penindasan yang dilakukan negara -- negara penganut sekulerisme kapitalis komunis. Sudah saatnya pemimpin Muslim tidak bersikap manis karena diberi investasi oleh penganut sekulerisme kapitalis komunis. Dengan begitu diharapkan tidak ada lagi pertumpahan darah yang tidak terhitung jumlahnya di bumi Allah ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun