Mohon tunggu...
Tri Margono
Tri Margono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tak jauh kaya anak TK dan SD, mencoba belajar membaca dan menulis, man jadda wajadda...

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Angkringan, Hidangan Istimewa ala Kampung (HIK)

26 Februari 2012   13:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:04 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1330258700814108983

Angkringan, berasal dari bahasa Jawa, kata "Angkring" yang berarti duduk santai. Benar, tempat makan yang berbentuk gerobak, beratap terpal plastik dengan lampu yang redup ini tidak asing bagi orang Solo dan Jogja, karena dua kota ini merupakan cikal bakal lahirnya Angkringan ini.

Biasanya Angkringan ini berada di tepi jalan/ di trotoar jalan. Di Solo dan Jogja, setiap jalan pasti ada gerobak Angkringan ini, mulai gang kampung, jalan raya, sekitaran kampus, bahkan dalam jarak 100 meterpun ada beberapa Angkringan. Dari segi bisnis, berarti bisnis Angkringan ini sangat menjanjikan, karena keberadaanya semakin menjamur. Kalau dulu Angkringan buka hanya malam hari saja, tetapi saat ini beberapa Angkringan sudah buka dari pagi sampai malam hari.

Selain dua kota Solo dan Jogja, Angkringan bahkan sudah merambah ke berbagai kota besar, mulai dari Semarang, Pekalongan bahkan sampai ke Jakarta.Karena uniknya tempat makan ini, diberbagai kota pun diserbu pengunjung, karena tempatnya yang klasik, santai, nyaman untuk ngobrol.

Ada sedikit perbedaan antara angkringan di Jogja dan di Solo, kalo di Jogja dengan nama trendnya Angkringan, tapi kalo di Solo terkenal dengan nama HIK/wedangan. Cara pembungkusan nasi pun sedikit berbeda, kalau di Solo, nama nasi bungkusnya diberi nama nasi kucing, ada nasi oseng dan nasi sambal dengan secuil bandeng, dibungkus dengan bentuk segi tiga. Berbeda dengan di Jogja, nasi kucing di Jogja jarang yang pakai lauk bandeng, sebagian besar memakai ikan teri, dan cara pembungkusannya pun berbeda, yakni dengan bentuk lipatan segi empat.

Itulah sedikit perbedaan dari sisi pembungkusan, namun secara umum nasi kucing di Solo dan Jogja adalah sama. Selain bercirikan nasi kucingnya, Angkringan ini bercirikan dengan adanya ceret (teko) berjumlah tiga dengan arang untuk memanasinya. Berbagai macam minuman tersedia, mulai dari teh nasgitel (panas, legi, kenthel/panas, manis, kenthal), jahe gepuk, jahe yang dibakar lalu di tumbuk langsung di masukkan ke gelas dengan gula merahnya, terasa lebih alami rasa jahenya. Minuman ini sangat cocok diminum saat musim penghujan seperti ini. Itulah dua minuman khas ala angkringan, selain kopi, jeruk dan susu. Bisa juga variasi susu jahe, lemon-tea, bahkan kalau di Jogja tepatnya di dekat stasiun Tugu terkenal dengan Kopi JOs-nya, kopi hitam yang di masuki arang dalam gelasnya.

Selain nasi kucing dan minuman khas ala angkringan tersebut, lauk di Angkringan ada banyak variasi, mulai tahu, tempe goreng maupun bacemannya, sate telur puyuh, sate usus, sate daging ayam, sate kerang, bahkan nuget dan tempura pun masuk ke menu angkringan. Kalau pelanggan belum cukup menu gorengan, biasanya minta dibakarkan di atas arang dengan sedikit tetesan kecap akan membuat rasanya lebih nikmat ddan khas tersendiri.

Masih banyak berbagai variasi lauk di angkringan, tetapi di daerah tertentu ada lauk khasnya, seperti yang pernah saya temui, di daerah Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta, ada menu Belalang goreng dan Jangkrik goreng, tapi saya sendiri belum (berani) mencoba dua menu tersebut.

Soal harga, bisa di katakan makanan Angkringan sangat terjangkau. Untuk di Solo, nasi bungkus dibeberapa titik masih dibanderol dengan harga Rp. 1.000, benar hanya seribu per bungkusnya, kalau posisi normal, dua bungkus sudah kenyang. Kalau di Jogja beberapa juga ada yang Rp. 1.000/ bungkus tapi rata-rata sudah dianbgka Rp. 1.500/ bungkusnya.Harga lauknya pun masih murah, gorengan dengan harga Rp. 500, sate ayam, usus dan sate-sate lainnya Rp. 1000-Rp. 1.500. Untuk minumannya dengan harga Rp. 1.000 untuk di Kota Solo sudah dapat teh manis/es teh, Rp. 1.500-Rp. 2.500 sudah bisa meneguk jahe gepuk atau susu panas.

Siapa pengunjung Angkringan? Rakyat biasa, karyawan, pelajar, mahasiswa bahkan sampai pejabat dan artis adalah pengunjung setia Angkringan. DiAngkringan ini status pengunjung sama, pejabat harus di layani lebih dulu, tidak, semua sama. Semua pakai antri. Tidak heran kalau pengunjung Angkringan adalah para pengusaha, dengan mobil mewah tak kalah dengan pengunjung rumah makan dari luar negeri.

Angkringan bisa di katakan sebagai ruang publik yang bebas, dengan duduk santai, sambil menikmati wedangan dan gorengan, obrolan santai bahkan sampai yang serius pun terdengar di Angkringan ini. Mulai dari berita yang berkembang di masing-masing daerah, bahkan obrolan membahas tentang perkembangan bangsa ini. Antar pengunjung pun boleh saling menyanggah, tidak ada yang mendominasi dalam obrolan di Angkringan, begitu menyegarkan.

Saya pribadi Angkringan merupakan tempat favorit untuk makan siang atau malam hari. Setiap minggu dipastikan saya selalu mengunjungi Angkringan, bahkan dalam sehari pun bisa dua kali makan di angkringan. Saya merasa tempat Angkringan merupakan tempat yang santai, bisa melepaskan beban pekerjaan. Bisa ngobrol dengan berbagai orang yang berbeda karakter dan beda pekerjaan. Bisa mengambil banyak ilmu dan pengetahuan dari obrolan Angkringan ini.

Untuk pembaca yang di kotanya belum ada Angkringan, silahkan pergi ke Solo atau ke Jogja, untuk menikmati suguhan makanan Istimewa ini. Selama menikmati, selamat mencoba kuliner khas Solo dan Jogja.

Boyolali, 26 Februari 2012, 20.30

Setelah 5 bulanan tidak aktif menulis di blog kompasiana, saya kembali akan aktif lagi kawan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun