Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tatanan Hidup Baru, Meninggalkan Tatanan Lama?

31 Mei 2020   23:19 Diperbarui: 31 Mei 2020   23:21 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: rightstep.com

Sebagian ada yang merasa ketakutan, dari biasa sampai paranoid. Seiring berjalannya waktu, ketakutan berubah jadi penyadaran diri dan kebiasaan baru. Boleh jadi muncul imunitas baru. 

Proses adaptasi ini termasuk yang berhasil. Pertanyaan standar, seberapa banyak orang yang mampu beradaptasi dengan situasi dan tatanan hidup baru?

Melihat gejalanya, proses menuju terwujudnya tatanan kehidupan baru yang dimaksudkan oleh pemerintah yakni berdamai dengan wabah Covid 19 dengan segala protokol yang menyertainya tentu membawa konsekuensi yang hasilnya akan dapat dirasakan beberapa saat kemudian. 

Entah dalam hitungan bulan atau tahun. Tidak seketika atau instan dan berisiko. Para pengambil kebijakan tentu telah menghitung faktor fundamental ini. 

Setelah menjadi suatu kebijakan kemudian diikuti dengan terbitnya aturan dasar dan implementasinya. Protokol kesehatan adalah satu diantara aspek kebijakan yang paling populer dan dasar bagi banyak faktor yang disyaratkan. 

Anggap saja hal ini telah dipenuhi, misal tentang jaga jarak aman (physical distancing), pakai masker dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Juga Alat Pelindung Diri (APD) dan pengukur suhu tubuh bagi petugas. Ketika semua aturan maupun sarana dan prasarana telah tersedia, bagaimana dengan kesiapan masyarakat?

Perilaku masyarakat kita sebelum wabah Covid 19 mulai menyerang, bisa dilihat dalam skala mikro dalam beberapa bulan terakhir. Baik di sekitar momentum Lebaran yang menggambarkan situasi sosial pada umumnya. Perilaku yang sempat tertahan di awal masa pandemi muncul spontan dalam balutan tradisi. 

Kontroversi muncul dalam beragam ekspresi. Ada yang kesal dan marah dengan nada "Indonesia Terserah" maupun ekspresi senada dengannya. Siapa yang harus disalahkan? 

Keadaan adalah jawaban paling moderat. Kebiasaan dan perilaku permisif yang terbentuk selama bertahun-tahun tak akan berubah seketika meski paham risiko yang akan dihadapinya.  

Dalam skala makro, banyak perilaku permisif yang dipertontonkan oleh para pemimpin. Bidang politik utamanya. Belum genap setahun pasca Pemilu Serentak 2019 yang menyisakan sejumlah masalah di antara janji dan realisasi kampanye yang seolah berlalu begitu saja setelah muncul wabah global bernama Covid 19. 

Juga banyak  korban meninggal dalam penyelenggaraan karena kelelahan demi mewujudkan rasa tanggung jawab kesuksesan penugasan meski kurang dihargai. Sementara itu, ada bagian lain yang justru berperilaku sebaliknya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Bagian ini banyak diperankan oleh orang-orang di lingkungan birokrasi yang kehadirannya karena suatu kebijakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun