Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menarik dalam Ketiadaan

4 Desember 2019   17:22 Diperbarui: 4 Desember 2019   17:43 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: inet-detik

Cerita lama tentang cinta yang berpaling. 

Bayang-bayang itu masih membekas dan meninggalkan luka sayatan kecil. Sembilu, bukan pisau belati yang menghunus bergerigi tajam. Sepotong kulit bambu tali. Lentur. Saat lengah menggores. Sakitnya tiada berperi. 

Langkah kecil menapaki anak tangga. Beribu suara, riuh menyoraki kegaduhan. Orang-orang bertubuh besar,  bermata merah darah. Marah. Sementara kaki kecil ini terus menapak dan tak berpaling. Acuhkan suara serak di antara kegaduhan itu. Mereka orang bayaran, tak segan melukai. Juga menghabisi. Tubuh kecil temanku mulai menggigil. Menahan bayang-bayang ketakutan.

Lalu kusapa perempuan yang menyambut. Budi bahasanya halus, runtut. Tanda itu jelas berbeda.

"Silakan. Bapak sudah menunggu dari tadi", ia menyilahkan.

Seorang lelaki kurus duduk termenung. Lalu berusaha bangkit dan menyalami. Raut muka yang sangat lelah.

Ia petinggi yang lurus budi. Menatap sendu wajah-wajah kami dalam sapuan penuh harap. 

"Persoalannya tidak sesederhana itu mas. Anda pasti tahu, kami tidak mungkin mengambil keputusan segera. Ada prosesdur yang tak bisa dipotong dengan hunus pedang sekalipun", lelaki kerempeng membuka percakapan.

Perdedaban sengit tak terhindarkan. Beberapa kali tanganku memukul keras meja kayu jati itu. Hampir tiga jam berlalu, sampai seorang yang asing bagiku muncul dari balik pintu kantor. Ia menyalami dan langsung mengambil tempat di sisi kiri sang petinggi. Tutur bahasanya tak kalah dari perempuan tadi. 

"Mohon maaf, beri kami setengah jam untuk mendiskusikan masalah ini di dalam. Pasti ada keputusan yang mudah-mudahan dapat diterima semua pihak. Kami permisi sebentar", lelaki asing menuntut tubuh kerempeng petinggi itu masuk ke dalam ruangan.

Tak sampai batas waktu, mereka keluar ruangan membawa beberapa map. Sang perempuan memberikan satu di antaranya kepada kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun