Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Jadi Jawara Saat Dipecundangi

5 November 2019   11:10 Diperbarui: 5 November 2019   11:16 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan di bagian belakang kaos Tim Gabsi Temanggung. Dokpri

Menjadi jawara dalam kondisi paripurna adalah hal biasa dan seharusnya begitu. Para juara dihadirkan, bukan hadir secara alamiah. Prestasi ada karena hasil usaha keras. Perjuangan panjang, berliku. Penuh tantangan dan hambatan. Diteriaki, dihujat dan dinegatifkan. Tapi, ketika suasana yang melingkupi ketidak-kondusifan suasana itu berbalik arah, akankah apresiasi datang dengan sendirinya? Belum tentu juga.

Banyak orang beranggapan bahwa dengan menduplikasi kesuksesan yang telah diraih orang lain adalah cara terbaik dan tercepat untuk menggapai hal sama. Para motivator acapkali memakai cara serupa. Sayangnya, tidak sedikit orang yang memotivasi dengan cerita senada melupakan latar belakang personal setiap orang yang pasti berbeda-beda.

Ajang Kompetisi yang Sehat dan Baik

 Di tengah kecenderungan suasana kehidupan yang kian individualistik dan acuh pada lingkungan sekitar, menghadirkan nilai gotong royong yang kolaboratif, memadukan potensi masing-masing individu agar menjadi satu tim kompak adalah tantangan yang perlu disikapi dengan cara-cara yang lebih dari biasa. Jika, biasanya kita cukup dengan berjalan kaki untuk menuju titik tertentu, boleh jadi dilakukan dengan variatif. Jalan, lari, lompat dan beragam gerak lainnya. Gerak itu kata kuncinya. Tanpa pergerakan, tak ada kemajuan dan sangat mungkin hal itu jadi kemunduran jika yang lain terus bergerak.

Tim Minibridge Gabsi Kebumen dari Hanito Bridge Club Kebumen tengah mengikuti ajang kompetisi Bupati Temanggung Cup 2019. Dokpri
Tim Minibridge Gabsi Kebumen dari Hanito Bridge Club Kebumen tengah mengikuti ajang kompetisi Bupati Temanggung Cup 2019. Dokpri
Membangun prestasi adalah menegakkan peradaban dan menggerakkan kebudayaan. Hanya orang beradab yang dapat memahami arti dan makna prestasi. Peradaban sebagai puncak atau titik akhir sebuah proses mewujudkan jati diri manusia merdeka (sipil). Prestasi adalah tanda vital peradaban manusia modern dengan landasan budaya kompetitif yang kuat. Budaya kompetitif ada jika lingkungan sosial menghendakinya.

Pada lingkungan sosial yang statis, budaya kompetitif nyaris nol. Hal sebaliknya terjadi pada situasi lingkungan sosial yang dinamis. Semua bergerak maju dengan kemampuan sumber daya masing-masing. Ada imajinasi yang terarah dalam wujud rencana dan seterusnya. Ada juga yang ikut-ikutan bergerak maju tanpa rencana yang jelas arah dan tujuannya. Manusia modern cenderung menggunakan pola perencanaan. Dengan pendekatan yang beragam sesuai kapasitas pengetahuan dan kemampuan internalnya.

Peserta kategori taruna (KU 16) tengah berlaga di ajang Bupati Temanggung Cup 2019. Dokpri
Peserta kategori taruna (KU 16) tengah berlaga di ajang Bupati Temanggung Cup 2019. Dokpri
Jawara atau juara adalah satu bentuk pengakuan dalam ajang kompetisi tertentu. Tingkat tertinggi akan dicapai dalam suasana kompetisi yang sehat dan baik. Ukuran sehat tidaknya suatu kompetisi adalah daya banding. Jika hasil yang didapat dari ajang kompetisi dapat dibandingkan dengan ajang sama atau serupa di tempat lain, kriteria penilaiannya jelas dan terbuka, maka ajang itu dapat dikategorikan sebagai kompetisi yang sehat. Sementara itu, tolak ukur baik dan tidaknya suatu ajang kompetisi adalah konsistensi. Hal ini dapat dilihat dari rekam jejak ajang tersebut.

Dalam bidang olahraga misalnya, ajang kompetisi yang sehat tentu berlandaskan sportivitas. Mengakui pemenang dan menghargai yang kalah. Jujur, sesuai kapasitas yang ada. Tidak memakai cara-cara culas seperti menggunakan pemacu daya (dopping). Diselenggarakan secara terbuka, oleh pihak yang kompeten, dengan kriteria penilaian yang jelas dan berdaya banding.

Sebagai contoh, Kejuaraan Terbuka (open tournament) cabang olahraga Bridge: Bupati Temanggung Cup yang telah memasuki penyelenggaraan ke 13 pada tahun 2019 ini adalah contoh ajang kompetisi yang dapat dikategorikan sehat dan baik.

Pengarahan pelatih sebelum pertandingan dimulai. Dokpri
Pengarahan pelatih sebelum pertandingan dimulai. Dokpri
Pada penyelenggaraan tahun 2019, ada peningkatan jumlah peserta sebanyak 9 pasang dibanding tahun 2018 yang diikuti oleh 74 pasangan. Jumlah ini sebenarnya bisa lebih banyak karena beberapa peserta langganan kejuaraan yang diselenggarakan untuk merayakan 185 tahun hari jadi Kabupaten Temanggung pada saat yang sama mengikuti kejuaraan IKA Undip di Jakarta.

Meski begitu, kehadiran 48 pasangan terbuka yang sebagian diantaranya adalah mahasiswa UGM Yogyakarta dan pasangan dari Kabupaten Sleman maupun Kota Yogyakarta menggukuhkan nama kejuaraan dua provinsi yang bertetangga: Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Selain itu, kejuaraan yang berhadiah total 15 juta rupiah plus aneka doorprize, juga dihadiri oleh 21 pasangan taruna pada Kelompok Umur (KU) 16 dari berbagai kabupaten kota di kedua provinsi tadi. Yang menarik adalah kehadiran 14 pasangan minibridge (KU 12) dari 5 Kabupaten. Yaitu Kebumen (2), Banyumas (4), Brebes (2) serta tuan rumah Temanggung (4).

Hal ini membuktikan komitmen penyelenggara (Gabtema, Gabungan Bridge Temanggung) terhadap penyediaan ajang kompetisi bagi tingkat pemula dan remaja yang menjadi ajang unjuk prestasi setelah cabang olahraga Bridge dihapus dalam Popda Jawa Tengah pada tahun 2014. Memang benar ada ajang Liga Siswa dan Mahasiswa Nasional wilayah provinsi Jawa Tengah, namun konsistensi mempertahankan kategori pemula yang akan menjadi atlet masa depan sangat layak diapresiasi.

Wakil KONI Kabupaten Temanggung tengah membuka kejuaraan pasangan terbuka Bupati Temanggung Cup 2019 disaksikan Sekum Pengprov Gabsi Jawa Tengah dan Pengkab Gabsi Temanggung. Dokpri.
Wakil KONI Kabupaten Temanggung tengah membuka kejuaraan pasangan terbuka Bupati Temanggung Cup 2019 disaksikan Sekum Pengprov Gabsi Jawa Tengah dan Pengkab Gabsi Temanggung. Dokpri.
Terlepas dari segala kekurangan, seperti tertundanya pengumuman pemenang untuk kategori pasangan terbuka dan minibridge yang mundur sehari setelah pelaksanaan, turnamen ini harus dipertahankan dengan pelibatan PB dan Pengprov GABSI. Terutama dalam pengagendaan ajang kompetisi dalam kalender kegiatan tahunan.

Jangan biarkan Gabsi Temanggung menanggung sendiri segala hal penyelenggaraan turnamen yang saya tengarai menjadi penyebab utama penundaan itu. Potensi yang semestinya layak dikembangkan dan mendapat bintang lima. Apalagi GABSI tengah diuji dengan penghapusan (sementara ?) cabang olahraga otak berpasangan ini dalam penyelenggaraan PON 2020 dan obsesi masuk Olimpiade 2032.     

Menjadi Diri Sendiri, Modal Awal bagi Jawara Sejati

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun