Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Pemanduan Bakat Atlet Berprestasi, Antara Hak dan Masa Depan Anak

15 Oktober 2019   04:00 Diperbarui: 20 November 2019   11:15 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atlet masa depan Perkemi Kab. Kebumen berpose dengan sang Ketua yang masih muda. Dokpri.

Kasus audisi cabang olahraga bulu tangkis yang menyeret KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) menuai banyak kontroversi. Warganet spontan bereaksi sangat keras atas informasi yang berujung tuntutan pembubaran lembaga itu ( satu ).  

Meski telah disepakati adanya "jalan tengah" atas kasus itu, yang diantaranya akan melibatkan Kepala Daerah dan BUMN dalam pemanduan atlet, namun bukan hal mudah dan menyelesaikan masalah dengan segera ( dua ). 

Banyak atlet juara dunia dalam fase pemanduan bakat mengikuti cara China ( tiga ). Di era sekarang dan ke depan, proses pemanduan bakat atlet menggunakan pendekatan ilmu dan teknologi keolahragaan ( empat ).  

Pemanduan bakat di daerah banyak terkendala oleh ketidak-pahaman para pengambil kebijakan dalam proses pemanduan bakat dan pembinaan atlet potensial berprestasi ( lima ).

Dari puluhan juta orang Indonesia, ada jutaan yang menggemari olahraga. Dua cabang olahraga diantara yang paling digemari adalah sepakbola dan bulu tangkis. 

Prestasi para atlet bulu tangkis masih bisa dibanggakan, meski naik turunnya cukup cepat karena ketatnya sistem kompetisi di tingkat nasional maupun dunia. 

Kebanyakan, bahkan boleh dikatakan semuanya,  di antara mereka yang kini menduduki peringkat atlet nasional adalah  hasil pemantauan lapangan dalam proses pemanduan bakat secara sistematis dan terukur. Audisi PB Djarum, terlepas dari kontroversinya, adalah salah satunya.

Mereka mencari bibit-bibit unggul sampai ke pelosok negeri. Dari semua bibit yang terjaring kemudian diberi bobot berupa porsi latihan yang sesuai dengan iptek keolahragaan.   Bagaimana dengan bebet -nya ? Silakan dikulik dengan  sumber ini .

Berbeda dengan sepakbola yang beberapa tahun terakhir lebih suka cara instan dengan proses naturalisasi, pemanduan bakat oleh pelatih cabang-cabang olahraga yang kurang atau tidak popular semisal bridge bukan hal mudah dengan dihapusnya cabang itu dari Popda (di Provinsi Jawa Tengah mulai 2014) dan PON 2020. 

Sementara itu, bagi daerah tertentu, Popda (Pekan Olahraga Pelajar Daerah) adalah tolak ukur utama bagi proses pemanduan bakat dan pembinaan atlet usia dini. Di cabang olahraga otak ini, pemanduan bakat umumnya dimulai pada umur 10 tahun. Setelah calon atlet mampu menguasai pengetahuan dasar, calistung (baca, tulis dan hitung).  

Terutama menghitung, karena sebagian besar komponen cabang olahraga ini adalah menghitung. Baik yang tambah, kurang, bagi dan kali. Bahkan sejak awal telah diajarkan cara atau metoda aplikasi statistika yaitu menghitung distribusi frekuensi dan probalilitas kartu. Informasi tentang hal ini dapat disimak di sini   dan  ini . 

Latihan bridge KU 13. Dokpri
Latihan bridge KU 13. Dokpri

Pada tulisan saya tentang kegilaan pemandu bakat dan pelatih olahraga prestasi  di daerah yang secara statistika dinyatakan termiskin di Jawa Tengah, ada kesenjangan pemahaman yang belum mampu dijembatani antara cabang-cabang olahraga amatir yang ada dalam lingkup organisasi KONI dan pengambil kebijakan daerah. 

Banyak faktor yang memengaruhi, diantaranya adalah gagal paham-nya para pengambil kebijakan daerah dalam memaknai olahraga prestasi dan minimnya kapasitas Pengurus KONI daerah dalam bernegosiasi. 

Sehingga, banyak atlet potensial hengkang dan yang sangat kewalahan adalah para pelatih. Dengan perhatian dan fasilitas minimal, mereka seolah "mencetak" prestasi luar biasa untuk mengangkat serta mengharumkan nama daerah yang sempat tercoreng akibat OTT KPK atas para petinggi daerah (Setda, Bupati dan Ketua DPRD)-nya.  

Anak usia dini adalah kelompok umur terbaik dalam pemanduan bakat olahraga prestasi. Memang benar bahwa masa tumbuh kembang anak pada kelompok umur ini rentan terhadap tekanan fisik dan mental. 

Sementara itu, keduanya merupakan syarat utama dalam menggapai prestasi olahraga. Karena itu, adanya iptek keolahragaan, kedua faktor tersebut dapat disesuaikan dengan situasi aktualnya. Mereka tetap mendapat porsi bermain dan bergembira dalam berlatih dengan metoda yang proporsional. Misalnya 40% (fisik)-20% (mental)-20% (permainan). 

Komposisi ini dapat berubah dalam suatu fase pelatihan berjangka. Dengan demikian, hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar tetap terpenuhi. Dan pelatih bersama orang tua berupaya menyiapkan masa depan anak itu dengan menjadi atlet berprestasi. Semoga.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun