Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cerita Misteri) Isyarat Berkabut-Bagian Tiga

12 Oktober 2018   01:22 Diperbarui: 12 Oktober 2018   11:33 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Repro buku sejarah Tentara Pelajar masuk kota Semarang.

" Tahu dari mana rombongan kami mau lewat daerah ini??", Ia menggumam dan coba mencari orang yang membawa bakul isi jagung tadi. Setelah bertanya kiri kanan, sang komandan memerintahkan anak buahnya agar tidak memakan jagung rebus itu. Ia menaruh curiga.

Tak lama berselang, seorang anggota rombongan tersungkur. Dua, tiga dan entah berapa jumlah tepatnya yang jatuh.  Rupanya, karena mereka sangat lapar langsung memakan jagung rebus  itu. 

Seorang anggota rombongan, Bejo, lalu memeriksa tubuh teman yang mulai membiru kaku.  Ia menduga jagung itu telah ditaburi racun yang sangat kuat. 

Belum lagi berkesempatan memeriksa kondisi tubuh lain, dari arah belakang dan samping kiri posisi rombongan nampak kilatan cahaya dari rentetan tembakan senapan mesin. Komandan memberi perintah berpencar. Malang nasib mereka. Tak ada yang selamat dari serangan dadakan itu. 

***

Malam pergantian bulan telah habis ditelan kilatan cahaya mematikan. Suara berdebum membumbungkan asap pekat di antara nyala api kengerian. Betapa tidak, rumpun bambu dipangkas dengan mitraliur dan ledakan peluru kanon. Rumah-rumah diberondong senapan otomatis, dibakar atau diporak-porandakan. Suara tangis para ibu yang kehilangan anak dan anggota keluarganya tak sedikitpun menyurutkan nafsu biadab para tentara bayaran yang sejatinya sekandung, anak Ibu Pertiwi. 

Rombangan kecil-kecil yang datang bergelombang sejak beberapa hari terakhir semakin tercerai berai. Sulit membedakan siapa induk, siapa pula anak-anaknya. Kacau balau di tengah sempitnya ruang gerak. 

***

Joko terpisah dari induknya saat ia coba meraih Juki yang ditinggal mati pemiliknya. Mukanya penuh lumpur ketika ia membenamkan muka di sawah agar dikira telah mati. Pipa rokok yang tak pernah dipakai telah menyelamatkan nyawanya . Selain itu, ia merasa beruntung juga. Tertolong mayat teman seperjuangan yang menimpa tubuhnya. Setelah dirasa aman, ia bangun perlahan dan merayap. 

Hujan lebat sedikit membantu dirinya menyeret Juki ke sebuah kandang sapi. Senjata otomatis buatan Jepang itu tak dapat digunakan. Setelah mantel pelurunya diambil, kemudian Joko menyembunyikan senjata andalan pasukannya di antara tumpukan jerami. Aman, pikirnya. 

Ia selalu ingat pesan pelatih di Militaire Academie (MA) yang membekali dasar kemiliteran sebelum berangkat ke Front Barat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun