Mohon tunggu...
Toto Sukisno
Toto Sukisno Mohon Tunggu... Auditor - Berlatih Berbagi Sambil Tertatih, Menulis Agar Membaca, Membaca Untuk Memahami

http://bit.ly/3sM4fRx

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekolah "Mahal" Bagi Anak Milineal di Kawasan Stasiun

10 Januari 2022   11:35 Diperbarui: 10 Januari 2022   11:40 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: okezone.com

Beberapa hari yang lalu, saya mencoba menemani anak yang hendak pergi ke ibu kota untuk kegiatan kuliah. Sebagai orang tua, nampaknya saya masih belum tega untuk melepas anak perempuan seorang diri bepergian malam hari, meskipun kondisi keamanan di negeri +62 tercinta sangat terkendali.   Hasil rembugan dengan anak, akhirnya ditentukanlah moda transportasi kereta api sebagai pilihan untuk mencapai kota tujuan. Nampakanya diawal tahun ini, moda transportasi kereta api menjadi salah satu pilihan yang cukup diminati masyarakat, hal ini terbukti dengan ramainya suasana stasiun yang tidak pernah absen dari kesunyian sehingga serasa tidak mengenal waktu siang dan malam. Sebenarnya saat rembugan penentuan moda transportasi dengan anak, sempat terbersit ingin menggunakan moda transportasi pesawat terbang yang dari sisi waktu tentu jauh lebih efisien, tetapi dengan pertimbangan jarak dari bandara dengan rumah maupun dengan tempat tujuan relatif jauh, maka dipilihlah kereta api sebagai moda transportasi.

Moda transportasi kereta api saat ini kondisinya sudah sangat nyaman, mulai dari lingkungan stasiunnya sampai suasana di dalam pesawat kereta api. Saat kami sudah menginjakkan kaki di kawasan stasiun, lalu lalang masyarakat pengguna moda transportasi kereta api sudah mulai terlihat. Mulai dari penumpang yang baru datang ke stasiun untuk melakukan test rapid antigen, penumpang yang mulai chek-in hingga para penumpang yang baru tiba di stasiun kedatangan. Kami mengawali aktifitas di stasiun dengan mendaftar test rapid antigen. Ternyata biaya test rapid antigen di stasiun biayanya sangat terjangkau, bahkan lebih murah dibandingkan biaya test antigen di rumah sakit. Kurang lebih dua puluh menit setelah test, kami menerima hasil rapid. Alhamdulillah, hasil rapid test yang kami terima menyatakan non-reaktif sehingga kami dapat melanjutkan chek-in. Setelah semua persyaratan administrasi chek-in dipenuhi, kami menuju ruang tunggu. Di ruang tunggu ini, kami menunggu kedatangan kereta yang akan mengantarkan kami ke stasiun tujuan. Jadwal kereta yang akan kami tumpangi terjadwal pukul 23.05, sementara kami chek-in kurang lebih jam 09.30 sehingga masih ada waktu untuk beristirahat dan menikmati suasana di dalam stasiun.

Saat kami sedang menunggu kedatangan kereta, anak saya meminta ijin untuk memesan makanan dan oleh-oleh melalui aplikasi online, dan saya hanya mengamini saja. Setelah kurang lebih tiga puluh menit, anak saya dihubungi pihak driver untuk mengambil pesanannya. Anak saya meminta ijin untuk keluar  mengambil pesanan, sementara saya menunggu barang bawaan di ruang tunggu. Menurut informasi anak saya, dia harus mengambil pesanannya diluar stasiun karena driver ojol dilarang masuk kawasan stasiun.  Saat keluar, terlihat anak saya memegang alat komunikasi dan mengantongi dompet disaku bajunya.

Setelah beberapa menit, anak saya masuk kembali keruang tunggu membawa pesanannya sambil menangis dan terlihat panik. Dia mencari-cari sesuatu di tas, dan ketika saya tanya, ternyata anak saya sedang mencari dompet. Saya sampaikan kepada anak saya, "bukankah tadi dompetnya dibawa keluar?" Saya tanya lagi, "apakah tadi ada orang yang menjejeri atau berpapasan?" Anak saya mencoba untuk mengingat-ingat peristiwa yang barusan dialami sambal menangis. "Tadi waktu mengambil pesanan ada orang yang berpapasan," kata anak saya. "Ya sudah ikhlaskan saja," kata saya. "Mungkin itu menjadi pembelajaran yang sangat berharga, karena pengalaman itu menjadi guru yang paling baik," kata saya.

Anak saya memang baru pertama kali melakukan perjalanan jauh dengan moda transportasi publik, karena selama ini kalau bepergian keluar kota lebih sering menggunakan moda transportasi pribadi. Anak  saya juga tergolong sangat polos yang memandang lingkungan diluar sana sama dengan lingkungan dirumah sehingga pembawaan saat di lingkungan luar yang sangat heterogen juga sama dengan pembawaan saat di rumah. Tentu saja kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan saudara kita yang sekarang dalam kondisi kepepet sehingga mereka harus memenuhi kebutuhannya dengan cara yang tidak benar, tapi kita juga harus bersikap waspada dan hati-hati  sehingga pembawaan kita tidak boleh mengundang orang lain yang kondisinya kepepet untuk berbuat jahat. Bagi anak saya yang termasuk dalam golongan anak milineal, pengalaman ini tentu menjadi pengalaman yang sangat berharga dan "mahal ongkosnya" yang tentu saja tidak diperoleh di lembaga pendidikan tinggi manapun selain "universitas kehidupan". So, bagi anak saya khususnya dan anak-anak pada umumnya, berhati-hatilah dan selalu waspada dimanapun kalian berada. Jadikan setiap kejadian (baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan) sebagai sumber pembelajaran yang senantiasa disikapi dengan rasa syukur dan prasangka baik kepada Sang Khaliq.  Mudah-mudahan bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun