Tutur Cinatur: Gerombolan Gagak dan Jejak Gagak Putih di Karangkabur
Di sebuah sudut desa Bojanegara, Kecamatan Padamara, Purbalingga, terbentang kisah yang nyaris terlupakan, terpendam di balik nama sebuah jalan: Jalan Candi. Nama itu bukan tanpa sebab. Di baliknya tersembunyi riwayat tentang kerajaan burung, seorang pengembara sakti, dan jejak-jejak masa silam yang bergaung di antara rumpun bambu dan desau angin.
Kerajaan Gagak di Rimbunnya Karangkabur
Dahulu kala, di sebuah gerumbul yang lebat di dukuh Karangkabur, hidup ribuan burung gagak hitam. Suara mereka yang nyaring, gaok... gaok... menggetarkan pagi dan senja, seolah mengabarkan bahwa tempat itu telah menjadi kerajaan para gagak. Namun, di antara ribuan yang berbulu hitam legam, ada satu yang berbeda: seekor gagak berbulu putih. Gaok Putih, begitulah orang-orang menyebutnya---pemimpin para gagak yang konon cerdas sekaligus disegani.
Namun kerajaan itu tak selalu damai. Para gagak kerap menyerbu ladang dan kebun warga. Pepaya, pisang, jagung, hingga kacang tanah menjadi santapan mereka. Penduduk dibuat resah, tapi mereka pun tak berani bertindak gegabah. Sebab jika satu gagak terbunuh, entah karena diracun atau dijerat, seluruh kawanan gagak akan mengamuk. Ladang-ladang mereka dirusak habis-habisan. Inilah pamali yang diwariskan turun-temurun: jangan sekali-kali menyakiti gagak Karangkabur.
Datangnya Ki Gagak Putih
Di tengah kekalutan itu, datanglah seorang lelaki pengembara. Wibawanya memancar, langkahnya mantap, dan tutur katanya menandakan bahwa ia bukan orang sembarangan. Ia memperkenalkan diri sebagai Ki Gagak Putih. Konon, ia menguasai Ajian Gagak Putih, ilmu kanuragan yang menjadikannya kebal senjata, lincah menghindari kepungan, dan sakti mandraguna.
Ki Gagak Putih mengaku sebagai pemomong para gagak, dan dengan pendekatan gaib yang hanya dimengerti oleh sesama makhluk bersayap itu, ia berhasil meredakan amukan kawanan gagak. Ia memerintahkan mereka untuk terbang mencari makan ke luar desa, menjauh, kabur dari ladang penduduk. Sejak itu, setiap pagi para gagak beterbangan menjauh. Warga pun menyebut gerumbul tempat tinggal mereka sebagai Karang Ka-bur, yang lama-kelamaan berubah menjadi Karangkabur (kata bur memiliki arti lokal: terbang, lepas).
Berandal yang Meniru Lokajaya
Ki Gagak Putih rupanya tak sekadar pemomong gagak. Ia dikenal sebagai seorang berandal berhati mulia---meniru jejak Berandal Lokajaya, alias Sunan Kalijaga muda, yang mencuri dari orang kaya untuk membantu kaum miskin. Ia tak gentar mencuri dari dusun-dusun orang berada, tapi hasil rampasannya selalu dibagikan kepada warga yang membutuhkan.