Tim Ngoprek Keluar Kandang Siang siang
Setelah maraton melakukan ngoprek di malam hari, ketika memasuki hari terakhir puasa, tim ngoprek akan berkumpul siang hari, masih membawa peralatan "band" mereka berupa alat alat bekas. Di hari terakhir puasa mereka berkeliling lagi pada siang hari. Suasana ini makin meriah karena ada bocah bocah kecil yang mengangsurkan plastik kresek ke tiap tiap rumah.
Saatnya mengambil "upah ngoprek" dengan meminta sedekah berupa beras, tim ngoprek memainkan musik dan  bocil bocil yang mengambil jatah beras. Nah peran mengambil beras inilah yang pernah dialami penulis, jika si empunya memberikan beras dengan takaran banyak girangnya minta ampun.
Tim ngoprek terus keliling kampung dan menyisir rumah rumah yang ada di desa Rajawetan,semakin lama semakin berat bawaan mereka, beras di kumpulkan lalu di timbang kemudian di jual. Hasil penjualan beras yang dikonversi menjadi uang lalu di bagi bagi ke tim ngoprek.
Jika ikutan penuh ngoprek selama  bulan puasa, mereka mendapatkan uang lebih banyak, prosentasi kehadiran juga berpengaruh dengan pendapatan yang diraih.
Menurut tim ngoprek bernama Fariz Muhammad, tahun lalu pendapatan tim ngoprek mencapai 1,8 juta dan di bagi rata sesuai tingkat kehadiran. Tahun ini penghasilan ngoprek direncanakan untuk membeli peralatan tabuh seperti Tam tam sehingga nantinya bebunyian ketika ngoprek lebih dinamis.
Itulah sekelumit tradisi sahur yang ada di desa Rajawetan. Soal ngoprek kerap ada pro kontranya, namun dibalik itu semua kita tentunya patut memberi apresiasi terhadap anak anak muda yang mau begadang dengan tujuan agar warga tak terlewat waktu santap sahur.
Dibanyak tempat sangat mungkin tradisi sahur yakni membangunkan orang orang banyak ditemui dengan nama yang berbeda namun mereka pula yang berupaya menghidupkan tradisi sahur tetap terjaga.