Memainkan Musik Asyik Dari Barang Bekas
Tahun ini penulis berada di kampung tercinta Rajawetan, saatnya mengeksplor suasana puasa termasuk  saat sahur. Pada umumnya sahur memang masa masa paling malas untuk beraktifitas, tapi sayang juga dong waktu sahur terlewat begitu saja. Berburu bagaimana pemuda kampung Rajawetan melanggengkan tradisi ngoprek, penulis pun menelusuri rahasia bebunyian dari alat alat bekas tersebut.
Ternyata perlu kekompakan dan juga harmonisasi saat melakukan pukulan, ember bekas cat bisa difungsikan menjadi nada bas, jerigen  minyak mempunyai tugas sebagai nada drum dalam sebuah band, nah kalau fungsi botol ternyata tak kalah vital lho, ketukan botol kaca menjadi penghantar nada dari alat alat musik lainnya.
Ada juga alat yang dibawa tim pengoprek bernama kokol atau kentongan dan terbuat dari bambu yang bagian tengahnya di lubangi, alat ini juga lumayan penting bagi tim ngoprek. Terakhir adalah para vokalis ngoprek, mereka tak memegang alat musiknya namun inilah front man dalam ngoprek.
Ada beberapa vokalis dalam tim ngoprek, tugas mereka adalah menyanyikan lagu mengiringi musik ngoprek, maka melantunlah lagu lagu yang lagi ngehits hingga shalawatan, sebagaimana laiknya band sungguhan, ngoprek tanpa vokalis tidaklah lengkap, karena mereka juga yang berteriak bangunkan sahur dan juga bernyanyi sepanjang waktu ngoprek.
Genjring The Best Tetabuhan
Genjring makin lengkap kalau ada beduknya sebagai klimaks pertunjukan. Dahulu ada sesepuh desa bernama Abah Wahid yang mampu mengiringi irama Genjring  dengan gerakan Silat, ritme gerakannya mirip tari Saman. Namun saat ini Genjring hanya dimainkan sebagai musik tabuh.
Bila pola pukulan Genjring menghasilkan irama " pongbing pongger" maka keseruan permainan terus berlanjut. Menikmati banget permainan Genjring ini, di era sebelum milenium, genjring kerap menjadi kegiatan ngoprek di bulan Ramadan. Mungkin saatnya anak anak milenial diberi kesempatan untuk memainkan tetabuhan seru bernama Genjring.
Sayangnya saat Genjring ikut ngoprek juga dan melakukan keliling kampung untuk membangunkan sahur, penulis belum berkesempatan menyaksikan langsung aksi para pemain Genjring.Hanya samar suara tetabuhan klasik itu dimainkan, semoga saja kesenian jadul semacam Genjring tak memudar begitu saja, regenarasi pemain perlu dilakukan  agar Genjring tak hilang ditelan zaman.