Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngoprek Tradisi Membangunkan Sahur yang Menolak Tergusur

1 Mei 2021   22:41 Diperbarui: 1 Mei 2021   22:57 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi ngoprek menjadi hal lumrah saat bulan puasa(dokpri)

Memainkan Musik Asyik Dari Barang Bekas

Siapa sangka alat alat bekas ini menghasilkan nada rancak(dokpri)
Siapa sangka alat alat bekas ini menghasilkan nada rancak(dokpri)

Tahun ini penulis berada di kampung tercinta Rajawetan, saatnya mengeksplor suasana puasa termasuk  saat sahur. Pada umumnya sahur memang masa masa paling malas untuk beraktifitas, tapi sayang juga dong waktu sahur terlewat begitu saja. Berburu bagaimana pemuda kampung Rajawetan melanggengkan tradisi ngoprek, penulis pun menelusuri rahasia bebunyian dari alat alat bekas tersebut.

Ternyata perlu kekompakan dan juga harmonisasi saat melakukan pukulan, ember bekas cat bisa difungsikan menjadi nada bas, jerigen  minyak mempunyai tugas sebagai nada drum dalam sebuah band, nah kalau fungsi botol ternyata tak kalah vital lho, ketukan botol kaca menjadi penghantar nada dari alat alat musik lainnya.

Ada juga alat yang dibawa tim pengoprek bernama kokol atau kentongan dan terbuat dari bambu yang bagian tengahnya di lubangi, alat ini juga lumayan penting bagi tim ngoprek. Terakhir adalah para vokalis ngoprek, mereka tak memegang alat musiknya namun inilah front man dalam ngoprek.

Ada beberapa vokalis dalam tim ngoprek, tugas mereka adalah menyanyikan lagu mengiringi musik ngoprek, maka melantunlah lagu lagu yang lagi ngehits hingga shalawatan, sebagaimana laiknya band sungguhan, ngoprek tanpa vokalis tidaklah lengkap, karena mereka juga yang berteriak bangunkan sahur dan juga bernyanyi sepanjang waktu ngoprek.

Genjring The Best Tetabuhan

Memainkan genjring butuh konsentrasi agar irama tidak ambyar(dokpri)
Memainkan genjring butuh konsentrasi agar irama tidak ambyar(dokpri)
Alat musik populer di Rajawetan sebenarnya adalah Genjring, namun saat malam ke lima belas, permainan ini baru dimainkan oleh sekelompok pemain dengan rerata sudah senior.Genjring menjadi tetabuhan seru meski alatnya sangat sederhana, kayu bulat dan tengahnya dibentangkan kulit, pinggirannya dihiasi logam bulat disebut kecrek. Ada empat Genjring dengan ukuran berbeda dan menghasilkan nada yang berlainan.

Genjring makin lengkap kalau ada beduknya sebagai klimaks pertunjukan. Dahulu ada sesepuh desa bernama Abah Wahid yang mampu mengiringi irama Genjring  dengan gerakan Silat, ritme gerakannya mirip tari Saman. Namun saat ini Genjring hanya dimainkan sebagai musik tabuh.

Bila pola pukulan Genjring menghasilkan irama " pongbing pongger" maka keseruan permainan terus berlanjut. Menikmati banget permainan Genjring ini, di era sebelum milenium, genjring kerap menjadi kegiatan ngoprek di bulan Ramadan. Mungkin saatnya anak anak milenial diberi kesempatan untuk memainkan tetabuhan seru bernama Genjring.

Sayangnya saat Genjring ikut ngoprek juga dan melakukan keliling kampung untuk membangunkan sahur, penulis belum berkesempatan menyaksikan langsung aksi para pemain Genjring.Hanya samar suara tetabuhan klasik itu dimainkan, semoga saja kesenian jadul semacam Genjring tak memudar begitu saja, regenarasi pemain perlu dilakukan  agar Genjring tak hilang ditelan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun