Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pancasila dalam Rasa Keragaman Musik Nusantara

24 April 2021   16:11 Diperbarui: 24 April 2021   16:12 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zaman kekinian pengenalan Pancasila bisa efektif melalui seni budaya(dok: flayer We The Youth)

Membumikan Pancasila, padahal hampir tujuh dekade lebih dasar negara ini melekat kuat dalam benak manusia Indonesia dari zaman ke zaman, apakah Pancasila hanya hadir dalam lembaga formal negara atau hapalan teks yang nantinya akan di ujikan di bangku sekolah? Menarik untuk disimak saat mengikuti webinar tentang Membumikan  Pancasila Melalui Seni Budaya. Kenyataannya Pancasila digali di bumi Indonesia oleh Soekarno, Muhammad Yamin beserta Bapak pendiri bangsanya merupakan fakta sejarah yang tak terbantahkan.

Kerjasama apik antara Laboratarium Indonesia 2045(Lab 45) dan juga We The Youth membincang konteks Pancasila lebih kekinian, cair dan niatan merangkul kaum milenial untuk mengenal sisi lain Pancasila dengan menggali kearifan lokal dari lagu lagu populer yang berasal dari pulau pulau besar di Indonesia.

Kenalan yuk dengan Lab 45 atau Laboratorium Indonesia 2045 yang merupakan lembaga kajian yang ingin menyelaraskan ilmu pengetahuan dan praktek empiris  di bidang permalan strategis. Adapun We The Youth mendorong generasi muda sebagai generasi peduli berinisiatif dan menjadi agen perubahan, We The Youth menjadi platform menjembatani pemangku kebijakan dengan anak muda yang concern di isu nasional.

Meski webinar ini memiliki kelemahan soal suara nara sumber yang kerap tak terdengar, namun moderator David Tarigan mampu menjembatani suasana dengan pengantar yang pas sehingga webinar yang digelar pada tanggal 23 April  2021 mulai pukul empat sore membawa cakrawala baru tentang posisi Pancasila bukan sekedar an sich dasar negara namun jauh lebih dari itu dan jika dilaksanakan sepenuh hati, bukan mustahil Indonesia Adil       Makmur adalah keniscayaan.

Salah satu pendekatan agar Pancasila membumi adalah dengan memainkan musik, sudah lama diyakini bahwa bahsa musik itu universal, semua orang pada dasarnya menyukai tetabuhan, iringan musik serta lagu, betapa banyak lagu daerah hadir sebagai penanda bahwa musik memang bisa menjadi perekat.

Professor Band Akademisi Handal yang Mumpuni Mainkan Alat Musik

Cendikiawan serta kaum terpelajar bukan melulu sosok yang serius dan berkutat di disiplin keilmuan dan kepakarannya tak terbantahkan, mereka ternyata bukan sosok kaku serta tegas. Nggak nyangka banget seorang guru besar dan mengajar di sebuah universitas terkemuka tanah air. Mereka mahir memainkan alat musik tiup, alat musik petik dan alat musik pukul, siapa mereka?

Pernah memainkan beduk Inggris? Kalau pun pernah ya cu ma liat doang sih hehe, namun guru besar dan sosiolog Fisip UI yakni Prof. Paulus Wirutomo mampu memainkan drum dengan baik di Professor Band. Dua jempol deh untuk para punggawa Professor Band yang mulus memainkan alat musik dan tentu ini tak mudah mengingat mereka juga para pengajar yang waktunya terbatas, namun demi Indonesia lebih berjaya, mereka pun melakukannya.

Lagu Daerah Menjadi Ciamik Dikawinkan Dengan Musik Western

Professor band memainkan lagu daerah asal Jawa Tengah Gambang Suling, nada khas instrumen Jawa masih terdengar namun variasi suaranya lebih kaya dengan alunan alat musik tiup seperti saxphone atau terompet, tone Gambang Suling jadi berbeda dan terdengar unik.

Begitu juga ketika lagu yang populer di daerah Maluku  berjudul O Ulate di perdengarkan, irama swing dan musik Hawaian terdengar akrab, Mungkin bagi milenial dan generasi Z yang kerap mendengar K Pop, bahwa musik ini terasa jadul. Di tangan para pemain musik dengan tingkat pendidikan tinggi, maklum deh pan Professor yekan, musik daerah jadi lebih easy listening.

Ada enam lagu daerah dari pulau pulau besar Nusantara yang dirilis oleh Professor Band, Gambag Suling dan Ilir Ilir dari Jawa Tengah yang mewakili Pulau Jawa, O Ulate dari Maluku, Sipatokan dari Sulawesi Utara yang mewakili Pulau Sulawesi, Jangi Janger dari Bali mewakili Pulau Dewata dan lagu Cik Cik Peruk sebagai respresetasi Pulau Maluku.

Proses Kreatif  dengan keragaman Indonesia, sesuai instrumen  aslinegeri sendiri dan dikolaborasi dengan alat musik modern dan genre musik barat merupakan arranger dari Septa Suryoto, pria kelahiran Yogyakarta, 9 September 1972 di Professor Band memainkan alat musik saxophone dan menjadi pelatih.

Pria lulusan Institut Seni Indonesia tahun 1992, memberikan sentuhan menarik bagi penampilan Professor Band, nada saxophone terdengar seksi diantara geliat musik dan instrumen khas Indonesia.

Penampilan ciamik Professor Band yang meramu musk musik daerah menjadi lagu yang berbeda dan diantara kesibukan mereka mengajar di Universitas Indonesia patut diapresiasi, Pancasila bisa dikenalkan dengan karakter budaya merupakan terobosan nan genial.

Mencari Warna Baru Mengenalkan Pancasila

Webinar tentang Pancasila yang di selenggarakan We the Youth dan Lab 45(screenshot acara webinar)
Webinar tentang Pancasila yang di selenggarakan We the Youth dan Lab 45(screenshot acara webinar)
Saat sesi tanya jawab ada satu pernyataan menarik yang dilontarkan Yayat R Cipasanng dari Elang News.com, ketika BPIP nggak efektif mengenalkan Pancasila, ada alternatif lain yang bisa dilakukan melalui budaya,malah lebih baik seperti ini agar ruh Pancasila itu lebih dipahami generasi milenial.

Ada juga wakil dari anak muda, namanya Keira, saat Prof  Paulus Wirutomo tentang Pancasila, Keira menjawab bahwa itu adalah dasar negara, dah sekedar itu saja. Ini mungkin dialami oleh generasi seusia Keira, sebenarnya Pancasila lebih dari sekedar dasar negara namun bisa cair ke sendi sendi kehidupan bangsa ini.

Daisy Indira Jasmine malah melontarkan pernyataan yang membuat kita merenung, perlu di kritisi bahwa Pancasila sekedar teks, hanya ada dimateri ujian yang sebenarnya mereduksi  makna Pancasila itu sendiri.Bahwa menurut Daisy mengenalkan Pancasila bisa melalui musik atau juga mengenalkan bahasa daerah itu juga mengamalkan Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun