Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Segerakan Rekonsiliasi tapi Jangan Setengah Hati

24 April 2019   07:57 Diperbarui: 24 April 2019   08:27 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedua tokoh nasional yang diharapkan melakukan rekonsiliasi pasca pilpres(dok:tribunews.com)

Pagelaran pemilu serentak yang menghabiskan dana triliyunan rupiah menyisakan "luka" sosial karena perbedaan pilihan, alih alih ingin mendapatkan pilihan terbaik tapi apa daya ternyata beda pilihan malah memperuncing pertikaian.

Di media sosial tak terhitung sumpah serapah, hujatan dan makian hadir di timeline, berargumen bahwa pilihan yang telah kita tentukan adalah yang terbaik seraya mengejek bahwa pilihan yang beda dengannya adalah sebuah kesalahan.

Usai pemilu dan di masa penghitungan suara dan menunggu hasilnya, tetap saja ketidakpuasaan muncul dan akhirnya saling hujat pun terus terjadi, masa masa penghitungan hingga nanti pengumuman resmi dari KPU dan pelantikan presiden terpilih, akan selalu ada perbedaan sudut pandang dan selalu ada celah untuk pertikaian.

Mau begini terus? Nggak cape cape untuk bersiaga melontarkan hujatan dan makian, jadi kapan damai nya negeri ini? Setelah pilpres, sangat mungkin ada juga pemilihan kepala daerah entah itu untuk tingkat kabupaten/kota dan juga tingkat provinsi, luka perseteruan pilpres belum usai, di tambah  kembali luka baru, nah makin pusing kan urusannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) versi online, rekonsiliasi di artikan sebagai perbuatan memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula;perbuatan menyelesaikan perbedaan.

Jelasnya memang rekonsiliasi diperlukan bangsa ini, dan kita pun menunggu para tokoh nasional bergandengan tangan, dan lembaga yang mengurusi pemilihan umum mampu bekerja dengan jujur dan berintegritas. 

Bila semua ini dapat di lakukan maka mimpi rekonsiliasi akan lebih mudah di lakukan.
Rakyat kecil dibawah hanya melihat contoh para tokoh tokoh yang menjadi panutan, namun penulis meyakini, di era informasi yang sebaran beritanya begitu cepat, publik akan bisa menilai siapa siapa saja yang benar benar ingin berrekonsiliasi atau malah ingin memperuncing perbedaan.

Kita tunggu bagaimana mereka para elite politik mampu ikhtiarkan jalan damai ketika perbedaan sudah semakin tajam, atau malah membiarkan beda pandangan terus di pelihara hingga lima tahun ke depan, hanya waktu yang bisa menjawabnya, saatnya tinggalkan kebanggaan nomor 01 atau 02, karena 03 alias Persatuan Indonesia akan memberi keteduhan bagi semua golongan anak bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun