Mohon tunggu...
Topex Rohman
Topex Rohman Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Menulis adalah hal yang menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Lebih Dekat dengan Pulau Parang

14 Desember 2019   11:45 Diperbarui: 14 Desember 2019   12:49 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: M Taufikur Rohman (KPI UNISNU)


Kecamatan karimunjawa terkenal dengan wilayah kepulauan terbesar di kabupaten jepara, dan hanya memiliki 4 desa saja. Salah satu desa yang ada di karimunjawa adalah desa parang. Desa parang merupakan pulau tersendiri dan paling barat diwilayah karimunjawa, mata pencaharian masyarakatnya yaitu, nelayan, petani, pedagang, dan juga ada yang merantau ke luar kota. Rata-rata masyarakat desa parang berprofesi sebagai nelayan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

Desa parang memiliki kekayaan alam yang berlimpah, tanah yang subur dan hasil laut yang melimpah, sehingga masyarakat desa parang bisa hidup sejahtera. Dengan keadaan tanah yang subur banyak masyarakat desa parang yang bertani dan hasil taninya bisa dijual ke karimunjawa dan jepara.

Hasil laut yang melimpah membuat masyarakat desa parang banyak yang sekarang ini lebih memilih menjadi seorang nelayan walaupun harus berhari-hari bekerja ditengah lautan. Yang dulunya merantau ke jepara, jakarta, sekarang ini banyak yang lebih memilih kerja menjadi nelayan saja. Dan desa parang adalah penghasil ikan kakap merah terbesar di kabupaten jepara.

Masyarakat desa parang orangnya sangat ramah-ramah suka membantu satu sama lain, apabila ada pendatang ke desa parang masyarakat disana sangat senang sekali. Seperti ketika ada mahasiswa yang KKN ke desa parang masyarakatnya sangat antusias sekali mengikuti program yang diadakan oleh mahasiswa-mahasiswa tersebut. Rasa bangga pasti ada dalam hati masyarakat karena masyarakat desa parang bisa mendapatkan ilmu pengetahuan baru dari mahasiswa-mahasiswa yang KKN di sana dan begitupun sebaliknya.

Masyarakat desa parang masih mempertahankan kebudayaan dari nenek moyang mereka, dan sampai sekarang ini kebudayaan tersebut pun masih ada. Diantara kebudayaan yang masih dilestarikan yaitu, sedekah bumi, weweh (memberi berkat ketika ada yang hajatan dan pada saat menjelang hari raya idul fitri), dan sambatan.

Jenjang pendidikan yang ada di desa parang hanya SD dan SMP saja, apabila anak-anak parang yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dia harus melanjutkan sekolah ke jepara. Anak parang banyak yang melanjutkan sekolah ke jepara demi mengejar cita-cita dan membahagiakan orang tua, dan juga ada yang sekolah sampai SMP saja kemudian setelah itu ikut kerja menjadi seorang nelayan. Mungkin ada faktor financial juga yang menjadikan anak-anak yang lebih memilih bekerja tersebut tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya.

Di jepara tidak hanya sekolah saja, tapi juga ada yang menuntut ilmu di pondok pesantren juga. Mayoritas agama di desa parang adalah agama islam maka harus ada generasi penyebar agama islam di sana. Banyak sekali pemuda pemudi desa parang yang mengaji di pondok pesantren untuk memperdalam ilmu agama islam. Ada yang di pondok salaf (khusus kitab kuning) dan ada juga yang mondok di pesantren al-qur'an untuk menghafal al-qur'an.

Sejak kecil memang anak-anak desa parang sudah diajarkan ilmu agama dan mengaji al-qur'an di madrasah diniyah dan juga musholla (langgar). Para orang tua biasanya akan memasukkan anak-anaknya ke madrasah diniyah ketika anaknya sudah berumur 7 tahun, supaya anak tersebut bisa memperdalam ajaran agama islam sejak dini. Sehingga kebanyakan orang tua disana apabila anak-anaknya setelah lulus SMP ingin melanjutkan sekolah ke jepara tidak hanya sekolah saja tapi harus tinggal di pondok pesantren juga.

Seiring berkembangnya zaman banyak orang tua yang prihatin dengan masa depan anaknya, oleh sebab itu banyak orang tua yang rela bekerja keras agar anak-anaknya bisa  sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Kerja di laut berhari-hari dijalani hanya untuk menghidupi keluarga dan membiayai anaknya sekolah. Dan kelak anak-anak desa parang juga yang akan menjadi pemimpin di desanya.

Walaupun hidup di sebuah pulau terpencil yang jauh dari daratan, tidak menyurutkan niat dan tekad para pemuda di desa parang untuk menuntut ilmu demi membahagiakan orang tua dan untuk masa depannya. Lautan yang begitu luas di sebrangi, meninggalkan keluarga dan sanak famili, demi menuntut ilmu dan menggapai cita-cita yang tinggi.

Sekarang ini banyak pemuda-pemudi desa parang yang melanjutkan sekolahnya ke jepara dan ada juga yang sampai melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Itu semua dilakukan untuk membahagiakan orang tuanya kelak dan juga untuk masa depan mereka.

Di desa parang juga ada makam walliyullah yaitu mbah keramat kunci (biasa masyarakat parang menyebutnya) yang sampai sekarang ini belum diketahui nama aslinya, dia adalah penyebar agama islam di desa parang, dan sampai sekarang ini banyak masyarakat parang yang berziarah ke makam mbah keramat kunci dan juga setiap tahunya diperingati haulnya.

Desa parang juga memiliki objek-objek wisata yang sangat indah yaitu, pantai batu gandul, pantai batu merah, goa sarang, dan pantai batu hitam. Tempat wisata di desa parang mempunyai ciri khas masing-masing. Itulah yang menjadi istimewanya tempat wisata di desa parang. Seperti pantai batu merah, semua batu yang ada di pantai warnanya merah. Dan begitu juga dengan pantai batu hitam, semua batunya pun berwarna hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun