Mohon tunggu...
Anton Kapitan
Anton Kapitan Mohon Tunggu... Guru - Seorang pegiat pendidikan yang menyukai diskusi dan debat

Anton Kapitan adalah seorang pemuda kelahiran Supun, TTU-Timor, NTT. Berjuang memaknai hidup dengan berpikir, berkata dan berbuat dalam spirit 4s. Mengupayakan sekolah kehidupan bagi anak-anak di pedalaman. Mengusahakan pendidikan sepanjang hidup. Pemimpi dari Timur untuk Indonesia dan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Presiden Jokowi Panen Raya: Indonesia Menuju Lumbung Pangan?

6 Maret 2015   18:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:04 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Presiden Indonesia, Bapak Jokowi, pagi tadi berangkat dari Jakarta menuju Ponorogo, Jawa Timur. Sang Presiden yang terkenal dengan gaya blusukannya melakukan perjalanan menggunakan pesawat kepresidenan, tidak hanya dalam rangka kunjungan kenegaraan, melainkan pula untuk menjumpai para petani. Satu kebanggaan tersendiri bahwa Jokowi melakukan tindakan mulia ini. Terbersit dalam bayangan saya, 'kalau setiap pemimpin negeri rela melakukan tindakan mulia seperti ini, betapa bahagianya ibu pertiwi karena punya anak-anak yang tahu menghargai orang-orang sebangsanya dengan segala kewibawaan yang ada padanya'. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat membawa tahtanya dan mendekatkannya pada rakyat yang dipimpinnya.

Dalam nada kebanggaan, saya berusaha mencermati perjalanan presiden. Beliau menuju Ponorogo untuk menghadiri dan terlibat langsung dalam panen raya padi dan jagung. Fakta sedang berkisah, Sragen, Ngawi, Demak, Kudus sedang disibukan dengan musim panen. Padi dan jagung para petani dipanen. Giliran pun tiba untuk para petani Ponorogo. Sebagai bagian dari rakyat Indonesia, atau lebih tepatnya, anak-anak ibu pertiwi, tentu para petani sangat bahagia bahwa bapaknya (Baca: Presiden Jokowi) bisa menyaksikan hasil kerja mereka. Tentu ini satu penghargaan bagi mereka yang kecil dan sederhana di mata Indonesia. Kedatangan beliau yang terbaca sebagai bagian dari apresiasinya terhadap kaum kecil, mengingatkan saya akan pidato pertama kenegaraannya, tertanggal 20 Oktober 2014-saat pelantikannya sebagai presiden, dimana beliau menyapa para nelayan, para buruh, para petani, para pedagang bakso dan asongan, para sopir dalam kesejajaran dengan akademisi, guru, TNI, POLRI, pengusaha dan kalangan profesional agar bekerja keras, bahu-membahu dan bergotong royong sebab semuanya adalah bagian dari sejarah Indonesia masa kini untuk  bergerak bersama untuk bekerja, bekerja dan bekerja.

Para petani, betapa pun kecil dan sederhananya, sesungguhnya mereka juga pelaku sejarah Indonesia masa kini di bawah semboyan 'kerja, kerja dan kerja!' Dengan demikian, adalah satu keluhuran bahwa Bapak Presiden begitu konsisten pada perkataannya. Kehadirannya di antara para petani adalah bukti penghargaan tulus atas sumbangsih para petani dalam menorehkan sejarah Indonesia masa kini.

Lebih lanjut, ijinkan saya mengugat nurani dan juga daya pikir sidang pembaca, bolehkah kita nyambung cerita tentang Indonesia menuju lumbung pangan dengan panen raya Sang Presiden? Sepintas tentu, anda dan saya sepakat untuk mengatakan tidak mungkin Indonesia jadi lumbung pangan dengan panen raya ini. Namun bila ditelaah lebih jauh, saya optimis, pelan tapi pasti, Indonesia sedang menuju lumbung pangan, asalkan Menteri Pertanian dan menteri lainnya dalam kesatuan gerak dan semangat kerja terus memberikan dukungan dan perhatian dengan gaya blusukan yang terbebaskan dari proyek pencitraan.Motivasi, dukungan dari pemerintah terhadap para petani sangat besar daya pengaruh dalam mewujudkan cita-cita luhur: Indonesia makmur melalui swasembada pangan. Salam Pak Presiden, salam Bapak Jokowi. Hadirnya beliau memberi arti bagi kaum kecil dan hina. Itu bagian terindah dari langkah menuju Indonesia surplus pangan sebagai sejarah Indonesia masa kini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun