Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terima Kasih, Ibu

22 Desember 2022   06:57 Diperbarui: 22 Desember 2022   07:00 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Supartono JW


Curah kasihmu, ikhlas tak terbatas. Pancar sayangmu, di setiap waktu, dalam doa restu. (Supartono JW.21122016). 

Hari ini, di Indonesia, kita merayakan Hari Ibu ke-63. Terima kasih Ibu, karena-mu kita semua terlahir ke dunia. Hari-mu diperingati oleh seluruh bangsa di dunia.
Ibu yang selalu memberi dan tak pernah berharap kembali, hari peringatannya dengan sebutan yang sama, yaitu Hari Ibu (HI).

Di Indonesia, Kamis, 22 Desember 2022 adalah HI yang ke-63 sejak ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959, bahwa tanggal 22 Desember adalah HI.

Sejarahnya, tanggal 22 Desember adalah pertama kalinya diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia, di Yogyakarta pada tahun 1928.
Tanggal Kongres pada akhirnya diabadikan sebagai awal mula perjuangan kaum perempuan di Indonesia. 

Dalam Kongres, berbagai pemimpin dari organisasi perempuan di seluruh Indonesia berkumpul, bersatu, dan berjuang  untuk kemerdekaan serta perbaikan nasib kaum perempuan. 

Pertanyaannya, mengapa penetapan HI sampai harus menunggu waktu 31 tahun, hingga ditetapkannya HI melalui Dekrit Presiden 1959? 

Jawabnya, karena adanya Hari Kartini (HK). Kartini di anggap pro Belanda dan berjuang di daerah saja, tidak di seluruh Indonesia. 

HI dunia

Namun demikian, atas dasar pemikiran yang sama, atas jasa dan peranan seorang Ibu, HI juga diperingati di seluruh dunia dengan tanggal dan bulan yang berbeda. 

HI Sedunia awalnya umum diayakan di Amerika Serikat (AS) setiap tanggal 8 Mei. Kisahnya, dikutip dari Kompas.com, lahirnya HI Sedunia bermula di AS dan dipelopori oleh seorang wanita bernama Anna Jarvis.

Bermula pada tahun 1850, Jarvis bersama organisasinya, Ann Revers Jarvis, melaksanakan Hari Ibu di klub kerja dan dirayakan sebagai ungkapan duka bagi wanita yang suaminya meninggal dalam Perang Dunia.

Pasalnya, Ann Revers Jarvis memiliki beberapa kiprah di negaranya, yaitu merawat tentara ketika perang saudara berkecamuk tahun 1861-1865. Di sisi lain,
organisasi Jarvis juga membantu mengurangi angka kematian bayi dengan cara melawan penyakit dan meminimalisasi pencemaran susu.

Dalam sejarahnya, HI pertama kali dirayakan di sebuah gereja methodist di Grafton, West Virginia. Ribuan orang juga berkumpul di salah satu toko ritel Wanamaker di Philadelphia untuk perayaan HI.

Sejak itu, banyak gereja hingga kota dan negara bagian mulai mengadopsi Hari Ibu menjadi hari libur tahunan. Bahkan, Presiden AS pada saat itu, Woodrow Wilson, menandatangani UU bahwa pekan kedua pada bulan Mei diperingati sebagai Hari Ibu, yaitu setiap tanggal 8 Mei.

Meski sejarah pangkal muasal lahirnya HI di Indonesia dan dunia berbeda, tetapi bicara tentang IBU, tidak akan pernah ada perbedaan di belahan dunia mana pun. 

Kasih Ibu akan sepanjang masa. Ibu hanya memberi dan tak pernah berharap kembali. Tanpa Dekrit Presiden pun seharusnya, saat itu, lahirnya HI di Indonesia tidak harus menunggu waktu selama 31 tahun. 

Sebab, tanpa ibu, kita tidak ada, kita bukan siapa-siapa. Curah kasihmu, ikhlas tak terbatas. Pancar sayangmu, di setiap waktu, dalam doa restu. Terima kasih, IBU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun