Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Saya Berjiwa "Tidak Ada Makan Siang yang Gratis?"

7 September 2022   09:32 Diperbarui: 7 September 2022   13:19 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

TIDAK ADA MAKAN yang SIANG yang GRATIS

Zaman sekarang, di kehidupan berbangsa dan bernegara dengan taktik, intrik, politiknya, di kehidupan masyarakat, hingga kehidupan dalam sebuah rumah tangga/keluarga, sebab kemiskinan intelegensi dan personality serta picik dan licik, tradisi budaya "TIDAK ADA MAKAN SIANG yang GRATIS" terus tumbuh subur. Hanya silau harta, uang, kehidupan hedon duniawi yang dikejar dengan berbagai dalih, dengan cara menindas, menjajah, menyakiti hati dan pikiran. Tetapi, sangat mudah dibaca maksud dan tujuannya dari bukti TRANSAKSI-TRANSAKSI dan JEJAK KISAHNYA.

(Supartono JW.07092022)

Dari berbagai literasi ungkapan "No free lunch" ternyata telah mengemuka sejak tahun 1800-an. Sesuai laporan New York Times pada 1872, saat itu ada kisah menarik. Untuk menarik pelanggan, banyak bar di Crescent City (New Orleans), Amerika Serikat menawarkan makan siang gratis.

Betapa cerdasnya pemilik ide ini yang coba diimplementasikan. Pasalnya, jika ingin minum, para pelanggan tetap harus bayar. Sebab, logikanya, mustahil makan tanpa minum. Pemilik bar sengaja menawarkan makan siang gratis, karena intriknya, biaya makan siang, sejatinya ditanggung dari pembelian minuman yang mahal karena sudah dikalkulasi untuk biaya makan yang gratis. 

Jadi, kedoknya gratis, tetapi sebenarnya pelanggan sudah membayar makan siang yang dari membeli minuman.

Para pemilik bar pun punya jurus lain yang sudah diracik dan cerdas. Bila pelanggan tidak membeli minum, maka menu makan siangnya dibuat tinggi garam, sehingga mau tak mau pelanggan membeli minum. Bahkan malah membeli minum tambahan alias nambah minum.

Begitulah  ide  "No free lunch" alias "Tidak ada makan siang yang gratis".

Di kehidupan kini

Dalam kehidupan terkini, "No free lunch" alias "Tidak ada makan siang yang gratis", di Indonesia pun semakin tumbuh subur. Siapa para pelakunya, mulai dari para elite di negeri ini sampai rakyat jelata.

Di Pemerintahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun