Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kaulah Segalanya: Pengalaman adalah Guru Terbaik

22 Juli 2022   01:28 Diperbarui: 22 Juli 2022   06:17 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Jadi, bukan rasa cinta antar perorangan. Kaulah Segalanya adalah sebuah kesimpulan dan cermin dari proses pendidikan dan pembelajaran selama satu tahun pelajaran antara saya dengan angkatan siswa tersebut. Yang pada ujungnya, saya sampai menitikkan air mata, dan mengatakan kepada siswa-siswa tersebut, bahwa mereka semua adalah segalanya bagi saya.

Siswa-siswaku, guruku

Kaulah Segalanya adalah pengalaman yang lengkap. Menjadi fakta bahwa untuk menjadi benar dan baik, tidak semudah membalik telapak tangan. Membutuhkan waktu dan proses. Butuh kesabaran, butuh keterampilan, kompetensi, dan profesionalisme dalam mengelolanya.
 
Sehingga, seluruh waktu yang dilalui dalam proses, ada yang menyedihkan, mengecewakan, menjengkelkan, menyakitkan, pada akhirnya menjadi sebentuk pengalaman yang membahagiakan. Semuanya menjadi bermakna dan bernilai. Ada karakter berbudi dan tahu diri.

Inilah, lirik Kaulah Segalanya, itu. Lagunya dapat didengarkan dalam You Tube saya.
 
Kau segalanya
By Supartono JW
 
Begitu banyak kata
Yang telah terucap
Begitu banyak kata
Yang telah ku gores
Semua itu karna dirimu
 
Tak pernah habis cara
Yang telah ku tempuh
Tak pernah habis akal
Luluhkan hatimu
Dan akhirnya ini terjadi
 
Reff.
 
Kaulah segalanya bagiku
Karna hadirmu aku bangkit
Kaulah segalanya untukku
Karna adamu aku bisa
 
Semakin mengerti diriku
Semakin pahami dirimu
Kaulah segalanya untuk hidupku

 
Sebab, Kaulah Segalanya adalah kisah yang berproses, maka dapat sedikit saya parafrasekan sebagai berikut:

Dalam bait pertama,
Begitu banyak kata
Yang telah terucap
Begitu banyak kata
Yang telah ku gores
Semua itu karna dirimu
 
Di awal hingga pertengahan proses kegiatan pendidikan, banyak hal yang membuat saya kecewa, marah, dan sejenisnya kepada siswa, hingga tak terhitung kata-kata yang telah terucap (marah) demi menyadarkan siswa yang tidak tertib, tidak disiplin dll. Bahkan, sampai kata-kata dalam bentuk surat peringatan atau surat panggilan orangtua pun tertulis.

Sebab, saya ingin semua siswa tertib disiplin sesuai aturan dan menjalani proses pendidikan dengan benar dan nyaman. Semua saya lakukan untuk siswa.

Bait kedua,
Tak pernah habis cara
Yang telah ku tempuh
Tak pernah habis akal
Luluhkan hatimu
Dan akhirnya ini terjadi
 
Perjuangan dalam menuntun siswa agar terus menjalani proses pendidikan dengan nyaman tanpa membuat pelanggaran tata tertib sekolah dan pelajaran, akhirnya terus dilakukan dengan berbagai upaya. Di antaranya adalah dengan membuat berbagai inovasi pembelajaran yang menarik minat dan tantangan siswa.

Memberikan contoh-contoh nyata dari berbagai kasus yang up to date setiap kali masuk kegaitan belajar sesuai materi dan aktualisasi zaman.
 
Di sisi lain, sikap sportif menjadi taruhan. Pasalnya, saat saya menginginkan siswa sesuai aturan, maka saya juga sudah memberi contoh menjalankan dan tertib dalam aturan yang digariskan, baik aturan sekolah, pelajaran, dll. Sportif mengakui kesalahan, tidak mengulang, memperbaiki. Sehingga, pada akhirnya proses pendidikan dan kegiatan belajar menjadi nyaman dan harmonis. Para siswa pun memahami, tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Hatinya luluh. Pada akhirnya saling memahami.

Bila siswa ada yang  berbuat salah atau melanggar aturan, tidak ada lagi menegur atau sampai marah dengan kata-kata, hanya menatap ke arah siswa yang berbuat salah saja, siswa langsung memahami maksudnya.
 
Ada pemahaman aturan, ilmu/pengalaman yang saat itu saya bagikan dan diterapkan dalam kegiatan belajar di dalam kelas mau pun di luar kelas, dipahami oleh siswa. "Kepada orang bodoh, agar dia paham, maka perlu marah dengan volume sampai 100 (teriak/membentak). Kepada orang cerdas/pintar, bila dia berbuat salah, cukup ditatap dengan diam, volume 0, tanpa kata-kata, maka pasti paham."

Dari bait kedua tersebut, saya tulis ... dan akhirnya ini terjadi ... karena antara saya dan siswa saling memahami, tidak ada lagi marah. Setiap ada siswa yang sengaja atau tak sengaja membuat kesalahan atau melanggar aturan, cukup diselesaikan dengan tatapan diam atau teguran ringan. Kegiatan belajar pun nyaman tentram.

Dalam bait ketiga,
Reff.
 
Kaulah segalanya bagiku
Karna hadirmu aku bangkit
Kaulah segalanya untukku
Karna adamu aku bisa
 
Semakin mengerti diriku
Semakin pahami dirimu
Kaulah segalanya untuk hidupku
 
Dari awal proses kegiatan belajar hingga pada ujungnya, sebab saya dan siswa saling memahami, saling mengerti, ada kesepakatan untuk belajar sesuai aturan. Maka, saya pun merasakan siswa sebagai teman, sebagai sahabat, sebagai guru, dan sebagai pengingat saat saya melakukan kesalahan, meski posisi saya sebagai guru. Mengajar dan mendidik bukan lagi menjadi beban, tetapi bangkit menjadi tantangan dan tantangan untuk membuat pembaruan. Kami akhirnya saling melengkapi. Saya mendidik siswa. Saya pun belajar dari siswa. Saya pun sangat mudah membuat kreativitas dan inovasi-inovasi pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun