Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cek-ricek, Saya Sudah Cerdas atau Masih Bodoh?

16 Juni 2022   10:30 Diperbarui: 16 Juni 2022   11:52 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecerdasan dan kebodohan adalah soal intelegensi (otak). Sikap dan perbuatan terkait personality (kepribadian, mental). Keduanya adalah paket bagi wujud sikap, perbuatan, dan tindakan manusia yang mendeskiripsikan seseorang cerdas, licik, bodoh, dll.

Sepanjang kehidupan saya, apakah saya sudah termasuk orang yang cerdas? Atau saya masih bodoh? Atau saya sudah cerdas tetapi dipakai untuk kelicikan? Atau saya orang yang bodoh tetapi sok tahu dan keminter?

Dari berbagai literasi dan pengalaman dalam dunia pendidikan saya selama ini, ada perbedaan mendasar antara orang cerdas dan orang bodoh.

Orang bodoh:
Pertama, orang bodoh biasanya menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri.
Kebiasaan menyalahkan orang lain adalah perilaku tidak profesional yang tidak akan pernah dilakukan orang cerdas. Orang yang secara konsisten menutupi kesalahannya dengan menyalahkan orang lain menunjukkan betapa tidak bertanggung jawabnya dia, sebab tidak cerdas otak dan kepribadian/mental.

Kedua, orang bodoh selalu merasa paling benar sepanjang waktu. Sebab, orang bodoh selalu merasa perlu untuk berargumentasi dengan orang lain untuk memastikan bahwa dirinya yang paling benar. Ada bias kognitif yang dialami orang bodoh membuatnya tidak mampu untuk melihat kemampuan sendiri sehingga selalu merasa dirinya superior.

Bias kognitif adalah kondisi yang terjadi ketika alam bawah sadar salah dalam berpikir, sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam berpikir, memproses, dan menafsirkan informasi. Hal ini juga dapat mempengaruhi rasionalitas dan keakuratan dalam menentukan keputusan dan penilaian. Buntutnya, orang bodoh lebih terlihat pandai ngeyel saja.

Ketiga, orang bodoh akan bereaksi terhadap masalah atau  konflik dengan kemarahan. Dasarnya, karena bias kognitif, bias afektif, plus bias motorik.

Keempat, orang bodoh mengabaikan kebutuhan dan perasaan orang lain. Selalu mementingkan dirinya sendiri. Cenderung tidak mampu untuk melihat kebutuhan dan perasaan orang lain karena egonya.

Kelima, orang bodoh merasa lebih baik dari siapa pun. Akan melakukan segala cara agar dirinya terlihat lebih baik dari orang lain. Mereka percaya bahwa dirinya jauh lebih baik dari semua orang.

Orang cerdas:
Pertama, orang cerdas tidak akan menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri dan bersikap obyektif dan profesional. Secara konsisten tidak akan pernah menutupi kesalahannya dengan menyalahkan orang lain. Menunjukkan betapa dia bertanggungjawabnya atas sikap, perbuatan,.dan tindakannya.

Kedua, orang cerdas mampu berempati pada orang lain dan mengerti argumentasi orang lain. Mampu mengintegrasikan pendapat orang lain dengan pikirannya tanpa meremehkan pandangan orang lain. Orang cerdas tak bias pedagogik (kognitif, afektif, psikomotor), dan tak pernah merasa superior dan sok jagoan atau sok pahlawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun