Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ambisi Bernilai Rasa Positif, IKN Baru?

31 Januari 2022   23:41 Diperbarui: 1 Februari 2022   05:51 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kendati sebagian rakyat sudah tahu jawabannya, maaf, dalam artikel ini saya tanya ulang. Pindah Ibu Kota Negara (IKN) baru itu, ambisi siapa?

Sejatinya, kata ambisi bernilai rasa makna positif. Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti ambisi adalah keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (seperti pangkat, kedudukan) atau melakukan sesuatu.

Sayangnya, banyak orang yang memiliki hasrat dan nafsu yang besar demi memperoleh, mencapai suatun pangkat atau kedudukan, melalui jalan yang tidak benar, tidak halal, licik dan penuh intrik. Terutama di dunia partai dan politik Indonesia. Sehingga, sudah lazim para elite partai dan para wakil rakyat yang hanya mengais suara rakyat demi memperoleh kedudukan seperti.menjadi pemimpin daerah, duduk di parlemen, hingga di pemerintahan dikenal oleh rakyat sebagai manusia-manusia yang tidak amanah.

Sebab, setelah menempuh cara-cara yang tak benar dan tak halal dalam menggapai kedudukan di parlemen mau pun pemerintahan, hasrat dan nafsunya pun terus dilanjutkan untuk mengais keuntungan pribadi, kelompok, golongan, oligarki, dinasti, hingga kepentingan para cukong.

Akibatnya, nilai rasa kata ambisi menjadi negatif. Orang lebih aman menyebut cita-cita dan tujuan hidup, untuk mencapai hasrat dan nafsunya.

Rakyat pun semakin paham bahwa mereka adalah orang-orang yang tak henti berambisi, seolah hidup di dunia mau selamanya. Padahal saat mereka mati, yang tak ada pangkat, harta, dan benda yang dibawa ke alam kubur, kecuali amal dan perbuatan benar dan baik.

Rakyat terus dijadikan atas nama. Rakyat terus dijadikan sapi perah, mumpung rezim masih berkuasa. Tetapi rakyat juga tak pernah tidur atas kelicikan mereka yang terus berdalih serta membenarkan diri sendiri atas setiap tindakan, keputusan, kebijakan, dan lainnya, yang sebenarnya tak pernah mendatangkan keuntungan, mendatangkan perikeadilan dan perikemanusuaan bagi rakyat.

Setali tiga uang, saat rakyat terus terpuruk, didera penderitaan dan ketidakadilan atas berbagai kebijakan, peraturan, hingga hukum yang sangat tajam ke bawah, tumpul ke atas, pemerintah dan parlemen pun tetap konsiten berkolaborasi melayani tuannya dan kepentingannya dengan berbagai program yang menguntungkan mereka. Termasuk partai yang sudah terlanjur ada kontrak dengan para pemodal, tuan mereka.

Rakyat pun tak sulit menyebut dan mengidentifikasi, produk kebijakan dan UU yang dihasilkan oleh parlemen dan pemerintah, demi kepentingan mereka sendiri. Meski rakyat tak setuju, sampai melakukan demonstrasi, mereka tetap pura-pura buta dan tuli, pun pura-pura tak punya hati.

IKN baru ambisi siapa? Ini Orde Baru?

Kini, rakyat pun diaduk-aduk perasaanya oleh parlemen dan pemerintah, akibat UU IKN baru disahkan. Rakyat yang mendewakan pemerintah, di berbagai ruang publik, membela mati-matian atas keputusan dan ambisi Presiden Jokowi memindahkan Ibu Kota Republik Indonesia (RI).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun