Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola

Standar dan Mekanisme Menjadi Pemain Timnas Dipertanyakan

20 September 2021   11:18 Diperbarui: 20 September 2021   11:33 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Ada praktisi sepak bola nasional yang sampai kirim pesan WhatsApp (wa) pada Minggu malam (19/9/2021) ke saya dan bilang pembentukan timnas Indonesia itu selalu saja bak badut, sebab isinya bandit. Hal ini karena terkait persiapan timnas terbaru U-18 yang sudah tiga jilid seleksi sulapan dan  pemanggilan pemain timnas senior untuk play-off  Kualifikasi Piala Asia 2023.

Selain itu, dalam pemberitaan di media massa, pemanggilan pemain timnas senior pun langsung mendapat sorotan tajam dari pelatih asing Kompetisi BRI Liga 1. Sorotan tajam dua pelatih asing ini pun, nampaknya juga akan menjadi angin lalu bagi PSSI, seperti sorotan tajam publik terhadap seleksi timnas U-18  yang sudah terjadi dalam 3 jilid. Pun, sorotan-sorotan publik selama ini kepada PSSI, terus hanya numpang lewat, masuk kuping kiri, langsung ke luar kuping kanan.

Pasalnya, sepak bola nasional bukan milik publik, tetapi hanya milik voter dan pengurus PSSI. Tidak ada urusan sama publik. Bagi mereka, juga tetap bebal dan tidak ada urusan dengan ranking FIFA yang terpuruk, prestasi timnas yang ambruk, yang penting mereka tetap menjadi pengurus dan sepak bola nasional tetap milik voter.

Badut dan bandit

Terkait pesan wa dari praktisi sepak bola nasional, mengapa analoginya harus dengan dua diksi itu? Badut dan bandit? Tetapi sang praktisi meminta saya untuk mengolah dua kata itu agar publik pecinta sepak bola nasional memahami apa yang terus terjadi dalam sepak bola Indonesia yang diolah oleh federasi bernama PSSI.

Dua kata itu bisa jadi hanya kelakar dan canda, tetapi bisa saja benar. Sebab, bila mau dibuktikan, semisal apakah PSSI memiliki data dan alasan mengapa pemain itu dipanggil. Apa kriterianya, bagaimana mekanismenya, sebab jangankan publik, klub atau para pelatih pun tidak tahu. Karena pelatih asing Liga 1 pun sampai bertanya tentang mekanisme pemanggilan pemain timnas oleh STy atau PSSI yang juga dipertanyakan apa dasar dan standarnya, tapi terpublikasi di media massa.

Sesuai makna Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti badut adalah pelawak. Badut adalah penghibur yang memoles wajahnya dengan bedak tebal dan berpakaian aneh, serta fasih memperagakan mimik-mimik lucu. Profesi badut sebenarnya cukup tua. Konon, sejak zaman Yunani kuno dan Romawi kuno. Mereka tak hanya membuat tertawa orang-orang kaya yang stres lewat pertunjukan. Sementara makna bandit adalah penjahat atau pencuri.

Bila sang praktisi menyebut PSSI dan yang ada di dalamnya berisi sekumpulan badut, maka para pengurus PSSI yang didukung oleh para voter sama dengan pelawak. Namun, karena fisik badut selalu memakai pakaian menyerupai berbagai bentuk dll serta mukanyq berbedak tebal, maka orang lain pun tak akan mengenali siapa si badut itu.

Mungkin, bila pengurus PSSI disamakan dengan badut, bisa jadi karena mukanya yang dibedaki tebal, hingga tak malu menjadi badut, karena orang lain tak mengenali jati diri si badut. Nah, dengan begitu, mungkin dapat disimpulkan, maksud analogi badut di sini adalah karena tidak tahu malu, karena bermuka tebal karena bedak. Sehingga, pengurus dianggap tak pernah punya rasa malu katena bak badut yang bermuka tebal karena prestasinya adalah membawa timnas selalu terpuruk dalam prestasi dan ranking.

Bila punya rasa malu, mengapa tidak mundur saja? Tapi, ini malah terus bertahan dengan berbagai cara, pun memperkuat statuta yang tujuannya juga untuk kepentingan voter sebagai pemilik sepak bola nasional dan itu semua untuk kepentingan mereka sendiri, kepentingan kelompok sendiri.

Lalu, terkait dengan bandit yang maknanya penjahat atau pencuri, maka memang menjadi signifikan. Mereka tidak punya rasa malu lagi, untuk berbuat jahat dengan membuat aturan dan kebijakan sendiri yang tak transparan khususnya dalam pemanggilan pemain timnas. Publik tak pernah tahu pasti, apa standar dan kriteria PSSI memanggil pemain timnas. Sehingga mereka terus tega mencuri hak para pemain di Indonesia yang seharusnya dapat masuk timnas, namun dikalahkan oleh kepentingan mereka. Banyak pemain yang seharusnya layak berjersey timnas, ternyata tak pernah diberikan kesempatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun