Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mau Penghasilan Miliaran?

19 September 2021   15:21 Diperbarui: 19 September 2021   15:28 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sekarang semakin benderang bahwa selama ini, rakyat dan suaranya hanya dimanfaatkan untuk meraih kursi, kemudian setelahnya mengeruk uang rakyat, dengan kerja yang banyak disebut berbagai pihak dengan ongkang-ongkang kaki. Sebab setiap bulan mereka dapat uang puluhan juta, dalam setahun uang pun bertambah miliaran, tapi kerja yang katanya untuk rakyat boleh disebut tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Sejatinya, tanpa harus dibongkar oleh salah seorang anggotanya, berbagai pihak pun tahu menyoal gaji, tunjangan, dan uang kemewahan yang diterima anggota dewan yang terhormat itu, hasil kongkalikong antara siapa, kalau bukan akal-akalan para partai politik yang mengusungnya.

Menjadi anggota dewan pun tetap masih ada tanggungjawab setor ke partai, karenanya, selain bicara uang gaji, tunjangan, dan uang kemewahan, mereka pun masih mengincar celah-celah lahan yang dapat dikorupsi, hingga duet mereka dengan pemerintah yang juga kepanjangan tangan dari partai politik, juga bahu-membahu melemahkan KPK dengan produk dan kebijakan Undang-Undang untuk melindungi diri mereka sendiri. Luar biasa.

Bersikap setelah dibuka

Setelah kejadian buka-bukaan ihwal gaji anggota DPR yang bisa jadi tujuannya hanya sekadar pamer, sekadar cerita, atau sekadar gaya-gayaan. Selain dalam hal ini juga membuka aib kecerdasan intelektual dan emosional yang bersangkutan karena dianggap berbagai pihak memang tak cerdas tapi bisa menjadi anggota dewan, publik yang menduga akan ada pihak kebakaran jenggot dari aksi si anggota dewan ini, dugaan itu pun terbukti.

Ternyata, atas aksi yang dianggap tak simpatik dan tak empatik itu, padahal rakyat sedang dan terus dirindung derita, tapi ada yang pamer penghasilan dari uang rakyat sampai miliaran, Fraksi PDIP Dewan Perwakilan Rakyat akhirnya memanggil kadernya yang sok-sokan itu.

Si kader diminta untuk menemui Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR dan Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPR untuk diskusi terkait pernyataan yang viral dan dianggap publik menyudutkan DPR. Berita ini pun juga viral di media massa.

Sebelumnya, si kader blak-blakan bicara soal besaran gaji anggota DPR dalam kanal salah satu Youtuber di tanah air.  Politikus berlatar penyanyi kondang ini mengaku menerima gaji di awal bulan sebesar Rp 16 juta. Menerima tunjangan sebesar Rp 59 juta yang diterima lima hari setelah mendapat gaji pokok. Selain itu, si kader juga menyebutkan anggota DPR mendapatkan dana aspirasi Rp 450 juta yang diterima lima kali setahun. Lebih dari itu, masih ada pula dana kunjungan daerah pemilihan atau dana reses sebesar Rp 140 juta.

Dalam diskusi, ternyata pihak Fraksi PDI Perjuangan mengatakan pernyataan itu benar. Namun sebagai politikus, pihak Fraksi menyebut seharusnya si kader tak menyampaikan pernyataan yang bisa memicu kegaduhan, serta mengungkapkan bahwa dari sisi politisi ai kader harus menekan pernyataan yang berpotensi menimbulkan kegaduhan.

Pihak Fraksi pun menekankan agar si kader tetap kritis dan menjalankan fungsi anggota Dewan sebaik-baiknya dan meminta si kader tak mengubah karakter kritis tersebut. Fraksi juga meyakinkan bahwa tindakannya bukan teguran, tetapi hanya diskusi. Si kader perlu memperbaiki komunikasi publik untuk mencegah mispersepsi.

Untung ada si kader yang polos

Bila saja tak ada si kader yang polos, hingga saat ini, berbagai pihak dan rakyat pun masih bertanya-tanya tentang gerangan jenis gula apa di balik kata dewan yang terhormat itu. Sebab, selama ini semut-semut anggota partai terus berupaya mengerubuti dan duduk di dalamnya dengan berbagai cara. Memanfaatkan suara rakyat sebagai kendaraannya. Tetapi uang rakyat juga yang dijadikan garansi membayar hutang kepada pemodal (cukong) dan setoran ke partai yang mengusungnya setelah dapat kursi si rumah gula itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun