Latar belakang hingga para pemain sampai lost control yang dasarnya dari kecerdasan intelektual (otak) dan kecerdasan personaliti (emosi/mental) yang lama tak terasah, ditambah tekanan sosial dan ekonomi akibat pandemi.corona, juga bukan menjadi hal yang diabaikan.
Terlebih sudah bukan barang baru, bahwa banyak pesepak bola di Indonesia, yang dapat memperkuat klub, dasar kompetensiya hanya dari segi teknik dan speed (fisik) pemain. Sehingga, sangat digaransi, para pesepak bola yang miskin kecerdasan otak dan emosi, akan sangat mudah tak dapat mengendalikan dirinya di lapangan.
Mirisnya lagi, para oknum pesepak bola yang tak mumpuni dalam kecerdasan otak dan emosi ini, juga tak memikirkan nasib dirinya sendiri bila melakukan tindakan brutal yang dasarnya tak cerdas otak dan emosi. Selain merugikan dan bisa menciderai pemain lain/lawan, juga dapat menghentikan karir dirinya sendiri yang juga sama-sama mencari nafkah dari sepak bola.
Untuk itu, bila selama ini saya selalu mewanti-wanti kepada PSSI, kepada pegiat dan pelaku sepak bola akar rumput, agar terus memikirkan pendidikan dan pembinaan karakter pesepak bola yang benar, yaitu pesepak bola itu bukan hanya persolan teknik dan speed. Tetapi pondasi karakter pesepak bola adalah intelegensi (otak) dan personaliti (emosi/mental). Bila digabung menjadi akronim TIPS, yaitu teknik, intelegensi, personaliti, dan speed yang wajib dimiliki lengkap oleh setiap pemain.
PPKGB dapat diteladani
Rasanya, meski saya sudah berbuih membahas hal intelegensi dan personaliti pemain ini baik di berbagai artikel yang saya tulis maupun di berbagai ruang diskusi sepak bola, nyatanya persoalan intelegensi dan personaliti pemain sepak bola ini, terus jauh panggang dari api penangannya oleh PSSI, Klub, dan stakeholder terkait.
Masalah intelegensi dan personaliti pemain ini, juga setali tiga uang dengan masalah intelegensi dan personaliti suporter, yang juga tak tersentuh dan tak tertangani dengan benar oleh PSSI.
Padahal, terkait suporter yang rusuh dan brutal, pihak Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPKGB) di bawah Sekretariat Negara, sangat serius mengambil tindakan penanganan dan antisipasi. Tindakan PPKGB sangat serius tatkala Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), dilanda rusuh suporter usai direnovasi.
Saat itu, secara khusus, PPKGB pun mengundang saya sebagai nara sumber untuk mengatasi persoalan rusuh suporter dan antisipasinya. Bahkan atas atensi dan sikap PPKGB ini, saya sampai membuat acuan penanganan suporter ini dalam bentuk Program Edukasi Suporter Sepak Bola Indonesia (PESSI).
Alhamdulillah, yang saya tawarkan dalam PESSI pun diakomodir dan diaplikasian oleh PPKGB khususnya dalam mencegah kerusuhan suporter berikutnya di SUGBK dan berhasil.
Sayang, PESSI yang sudah saya buat dalam bentuk Buku Panduan, programnya tak dilanjutkan sampai tuntas oleh PPKGBK, alasannya urusan suporter itu kewajiban PSSI.