Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengetuk Suara Hati dan Nurani

9 Agustus 2021   10:29 Diperbarui: 9 Agustus 2021   11:11 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


PPKM Level 4 jilid 2 atau PPKM jilid 4, 9 Agustus 2021 akan usai. Apakah berikutnya akan ada PPKM jilid 5 atau nama baru selain PPKM?

Hingga kini, berbagai pihak dan rakyat Indonesia masih menyesalkan sikap pemerintah dan terus menjadi perbincangan di berbagai situasi dan kesempatan. Pasalnya, sejak corona Wuhan China datang ke Indonesia.  Lalu corona menggelora di Indonesia. Berikutnya, pintu Indonesia juga tetap dibuka hingga masuk corona delta India, maka rakyat terus diserang oleh corona yang lebih menjajah dari penjajah kolonialisme dan lebih menjajah dari penjajah produk anak bangsa sendiri karena kepentingan.

Bila saja pemerintah tegas dan berpihak kepada rakyat, maka rakyat Indonesia tidak terus berkepanjangan menjalani istilah lain dari lockdown yang diganti menjadi PSBB hingga PPKM berjilid-jilid.

Pertanyaannya, mengapa baru ada sekali ucapan bela sungkawa dari pemimpin negeri terkait kasus corona ini? Yaitu saat 100an  Tenaga Kesehatan gugur akibat corona?

Bagaimana dengan hasil sebaran 26.415 kasus baru Covid-19 yang diumumkan pemerintah Indonesia pada Minggu (8/8/2021). Hingga kasus infeksi corona di Indonesia berjumlah 3.666.031.
Sementara itu, kasus sembuh bertambah 48.508, sehingga totalnya menjadi 3.084.702 kesembuhan.

Namun kasus kematian bertambah 1.498 jiwa, sehingga total mencapai 107.096 jiwa, dan total kasus aktif hingga saat ini mencapai 474.233.

Nyawa, belasungkawa, data tak valid, tak minta maaf

Mengapa hingga 107.096 nyawa melayang, tak ada ucapan belasungkawa lagi? Apa nyawa rakyat tidak ada artinya, akibat dari keteledoran siapa?

Berapa ribu atau juta rakyat kehilangan pekerjaan, kehilangan mata pencaharian. Siapa yang harus mengganti kehilangan pendapatan rakyat dan hutang-hutang rakyat demi untuk perut selama pandemi merajalela karena sikap lambat dan cengengesan pemerintah?

Mengapa tidak pernah ada pernyataan maaf dari Gugus Tugas Covid-19 Nasional karena melaporkan data kasus aktif tak valid yang bahkan selisihnya mustahil terjadi salah ketik? Ke mana itu Bapak Wiku? Mengapa tidak ada permintaaan maaf ke daerah yang sampai disebut penyumbang kasus aktif tertinggi di Indonesia?

Dengan laporan kasus aktif yang ternyata tak valid, bagaimana dengan akumulasi kasus Covid-19 Indonesia hingga detik ini? Tentu juga tak pernah valid bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun