Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Balas Budi Orang-orang yang Pandai Bersyukur dan Pandai Berterima Kasih

8 Juni 2021   18:57 Diperbarui: 8 Juni 2021   19:08 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Pandai bersyukur, mengingat segala kebaikan, berterima kasih atas kesempatan, prioritas, dan fasilitas yang pernah didapat, lalu berpikir berbuat yang berguna dan bermanfaat, itu lebih dari sekadar tindakan balas budi. (Supartono JW.08062021)

Orang-orang yang sejak dilahirkan telah berbakat menjadi orang yang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain, akan terus terjaga kepandaian bersyukur dan berterima kasihnya, bila apa yang ada di dalam jiwanya terus terjaga, tertempa, terasah, terdidik, hingga berkembang secara simultan, serentak. 

Orang Iseaki, pengertian

Apa yang ada di dalam jiwanya itu adalah kondisi intelegensinya, sosialnya, emosionalnya, analisisnya, kreatif-imajinatifnya (daya inovasi), dan imannya (Iseaki).

Seimbang dan berkembangnya Iseaki seseorang yang bergerak serentak, maka menggaransi di dalam diri seseorang akan terus tertanam dan tersemai karakter luhur budi. Sehingga, orang-orang yang beruntung ini akan terus mampu menjaga dan mengontrol sikap sosialnya, sikap emosionalnya, kemampuan analisisnya, jiwa kreatif-imajinatif-inovatifnya, karena berpondasi kecerdasan intelegensi yang ditopang keimanan yang kokoh.

Bila saya analogikan dengan nilai rapor, maka orang-orang tersebut memiliki nilai
Intelegensi= 80-100
Sosial=80-100
Analisis=80-100
Kreatif-Imajinatif-Inovatif=80-100
Iman=90-100

Karenanya, golongan orang-orang tersebut akan nyata dalam perilaku sopan-santunnya, etikanya, empati dan simpatinya, tahu dirinya, mengukur dirinya, rasa pedulinya, berbesar hatinya, serta kerendahan hatinya. 

Tak ada perilaku yang ditumpangi skenario dan penyutradaraan untuk hidup dalam drama dan sandiwara. Hidup berpura-pura dan penuh kepalsuan. Karena kecerdasan otaknya serta kokohnya iman di dalam dirinya, terus mampu menjaga kecerdasan emosinya. Mampu menganilisis benar dan salah, baik dan buruk, mampu mengawal sikap sosialnya, bahkan terus berkembang sikap kreatif-imajinatif-inovatifnya, sampai tak menyisakan ruang di dalam jiwanya untuk hal-hal negatif, buruk, dan kesalahan.

Sebab itu, orang-orang yang demikian, di dalam dirinya akan terus tertanam dengan subur jiwa pandai bersyukur dan berterima kasih. 

Tak akan ada orang lain yang sampai mengungkit soal balas budi, karena dalam setiap detik, orang-orang yang pandai bersyukur dan berterima kasih itu, dengan sendirinya akan terus PENGERTIAN, tahu diri, dengan terus membalas budi kepada orang-orang yang telah membantunya, menolongnya, dan lain sebagainya, dengan sikapnya, bukan dengan harta bendanya. 

Mustahil mengantar dirinya menjadi manusia licik, yang di setiap langkah hidupnya hanya dipenuhi pikirin jahat, penuh intrik-taktik, kebohongan, alasan dan alasan, hanya untuk kepentingan dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun