Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tuan STY, Meski Laga Uji Coba, Publik Ingin Dengar Berita, Timnas Menang!

27 Mei 2021   12:29 Diperbarui: 27 Mei 2021   12:40 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Untuk urusan sepak bola, ada opini dan pengalaman nyata, bahwa publik atau suporter atau pengamat atau praktisi atau komentator, hingga media massa, sejatinya bisa lebih cermat dan paham terhadap tim pujaannya mulai dari klub hingga timnas sebuah negara untuk urusan kompisisi pemain, strategi/taktikal/intrik bermain, hingga mereka merasa mampu menentukan pilihan strating eleven yang menurutnya paling pas dan sesuai kebutuhan tim.

Tahu, sok tahu, kepentingan, politik

Sebab persoalan tersebut, sampai-sampai media massa pun mengangkat isu susunan pemain klub atau timnas dengan tajuk prediksi dan disiarkan atau ditayangkan sebelum pelatih klub atau timnas merilis susunan pemain. Bahkan banyak media yang membuat prediksi pemain yang layak dipanggil ke timnas, entah karena sekadar berita atau memang ada tujuan di dalamnya.

Banyak hal dibalik perasaan merasa lebih tahu dan sok tahu mereka pada urusan klub atau timnas. Ada yang tujuannya mulia benar-benar ingin memberikan masukan dan deskripsi kekuatan pemain untuk kepentingan klub dan timnas, ada yang lebih seperti influenser dan buzzer yang punya kepentingan lebih demi menaikkan pamor, mempromosikan, dan lain sebagainya karena ada pihak yang berkepentingan.

Dengan demikian, apa hal tersebut tak tergolong taktik, intrik, dan politik? Lucunya, banyak publik sepak bola yang kebakaran jenggot takala ada ruang zonasi sepak bola baik di media sosial maupun grup-grup sosial, anti pada urusan politik. Lucu, kan?

Karena yang bilang anti dan tak mau grup sosial sepak bola disusupi politik ini memang publik yang tak cerdas intelegensi dan personaliti. Sebab, sejatinya sepak bola adalah politik. Tanpa politik, bagaimana manajemen sepak bola di luar lapangan dan di atas lapangan dapat berjalan?

Fakta kejadian ini pun, yang terbaru dapat kita lihat di saat timnas senior asuhan Shin Tae-yong (STy) menyiapkan diri menghadapi partai lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Sebelumnya, saat menyiapkan timnas U-19 untuk Piala Dunia U-20, STy juga sudah kenyang diterpa persoalan yang sama. Bahkan sebelum timnas dibesut STy, maka seluruh pelatih yang membesut timnas Indonesia, juga mengalami hal yang sama.

Semua terkena permainan politik yang memang sengaja dicipta oleh pihak tertentu yang ingin menggembosi atau menjatuhkan kredibilitas dan nama baik. Para pemain politik di sepak bola pun  tidak susah untuk diidentifikasi.

Pelakunya bisa mengatasnamakan pribadi, kelompok, golongan dan lain sebagainya karena ada yang tidak dapat kue atau bagian. Sehingga pekerjaannya selalu mencari celah dan kelemahan untuk saling menjatuhkan.

Sebagai contoh, lihatlah respon publik di berbagai media massa atas kekalahan timnas saat ditekuk Afghanistan. Berbagai komentar, opini, hingga kritik pun melambung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun