Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sambut Idul Fitri 1442 Hijriah, Indahnya Bila Terbiasa Gunakan Penalaran Induktif dan Komprehensif

11 Mei 2021   21:23 Diperbarui: 11 Mei 2021   22:54 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila produk-produk dan kebijakan-kebijakan lahir dari rancangan yang diusung dari langkah kerja penalaran induktif dan komprehensif, lalu dilaksanakan secara tegas dan konsisten, maka mustahil masyarakat dan berbagai pihak akan kecewa kepada pemerintah dan parlemen.

Sebab segala produk dan kebijakan ditunggangi oleh kepentingan dan kepentingan, maka karena hati nurani serta suara hati mereka tak mendengarkan suara hati, maka pemenangnya adalah ambisi dan ambisi dan memenuhi kontrak dengan pihak yang berkepentingan dan memodali.

Sampai kapan pola ini akan terus terjadi? Sampai kapan masyarakat akan terus tanpa sadar diajari dan diteladani konsep dan cara berpikir serampangan?

Semisal, yang sangat kental di masyarakat kita, dalam kondisi terpuruk, terus didera ketidakadilan, ketidaksejahteraan, dan kemiskinan harta maupun hati, maka budaya gali lubang tutup lubang pun sampai menjadi lagu.

Budaya gali lubang tutup lubang adalah fakta yang kini terus ada ditengah masyarakat kita, mereka tak sadar pemikirannya deduktif dan parsial. Ambil hutang dulu, cara bayarnya dipikir belakangan, padahal tahu di belakangnya juga tak akan mampu menutup hutang. Hal ini terus dilakukan berulang.

Contoh lain, tawuran pelajar misalnya. Termakan gengsi dan harga diri karena diprovikasi senior atau kakak kelas atau lawan, maka langsung hantam kromo ikut  tawuran dan ambil bagian di barisan terdepan demi gengsi dan harga diri. Masalah yawa dan lainnya urusan belakangan.

Itulah bahayanya bila pemimpin bangsa ini, guru di sekolah, dan dosen di perguruan tinggi, tak menularkan dan menancapkan penalaran induktif dan komprehensif kepada siswa dan mahasiswa. Bagaimana dengan masyarakat yang tak pernah berkesempatan menikmati duduk di bangku sekolah dan kuliah?

Lihat bagaimana rakyat tetap memaksa mudik.  Lemah empati, simpati, peduli, dan tahu diri?  Jelas, berpikirnya deduktif, parsial. Siapa yang selama ini meneladani dan mendidik?

Lebaran, Idul Fitri 1442 Hijriah, tinggal hitungan jam, semoga saya dapat menutup bulan Ramadhan yang penuh hikmah, berkah, dan ampunan ini dengan segala ibadah, tindakan, perbuatan, kebijakan, dan lainnya dengan pemikiran induktif dan komprehensif, sehingga dapat bermaslahat. Mendatangkan manfaat (keuntungan) dan menghindarkan mudarat (bahaya/ kerusakan). Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun