Dari kegelapan, mustahil bersinar bila tak ada yang memberi cahaya. (Supartono JW.18042021)
Ada yang bertanya, apakah larangan mudik oleh pemerintah itu melanggar Hak Asasi Manusia (HAM)? Ada juga yang bertanya, apakah pemerintah tak dzolim kepada rakyat? Ada pula yang bertanya, apakah rakyat menuntut hak itu salah?
Lalu, ada yang bilang, semua alasan demi  rakyat. Tapi benarkah? Siapa itu pemerintah dan para pemimpinnya? Apakah bukan dari rakyat?
Itulah deskripsi kekecewaan rakyat yang tergambar di berbagai ruang di Republik ini yang terus menghangat. Ada yang beranggapan pemerintah mementingkan diri sendiri. Egois. Ada yang berpikir pemerintah menyinari dan memberikan cahaya kehidupan untuk rakyat demi terhindar dari corona. Tetapi tetap banyak yang bilang, kebijakannya dianggap menyakiti hati rakyat.
Luar biasa. Dari waktu ke waktu, terus lahir peristiwa dalam kehidupan di negeri ini, seperti quote yang saya tulis: "Dari kegelapan, mustahil bersinar bila tak ada yang memberi cahaya." Semisal, satu alternatif maknanya adalah, mustahil seorang bayi bisa tumbuh dewasa dan berhasil dalam kehidupan dunia dan akhirat, bila tak diasuh dan dibimbing oleh orang tua dan oleh orang lain.
Sepanjang hidup saya, saya juga belum mampu membayar hutang kebaikan dan membalas budi kepada orang-orang baik yang selama ini membantu saya, membantu kehidupan saya. Tanpa orang-orang baik yang tulus ikhlas memberikan cahaya kehidupan untuk saya, maka tak mungkin saya dapat mengungkap hal ini.
Saya jadi tahu tentang menolong, membantu, berbagi, balas budi, simpati, empati, peduli, dan rendah hati.
Karenanya, saya dengan mudah dapat menulis quote tersebut? Sebab, selama ini, saya meneladani orang-orang yang tidak mementingkan diri sendiri. Saya meneladani orang-orang yang hidupnya bergelimang kehidupan sosial di segala bidang. Mulai dari orang-orang biasa hingga orang-orang kaya harta dan kaya hati. Mereka terus mengajarkan dan mempraktikkan tetap melakukan kegiatan sosial bukan hanya di tempat-tempat bertajuk sosial yang selama ini menjadi alasan untuk orang-orang bersosial.Â
Berbanding terbalik dengan orang-orang yang bergelimang harta dan kekayaan serta serta terus berebut kedudukan, jabatan, dan kekuasaan, tapi miskin hati, miskin simpati, empati, dan tak tahu diri, mementingkan dirinya sendiri di atas penderitaan orang lain dan rakyat.
Bila makna quote diurai oleh 100 kepala misalnya, maka minimal akan ada 100 pemikiran makna, bila 1 kepala berpikir 1 makna. Apalagi bila diurai oleh ribuan bahkan jutaan kepala.
Namun, bila biasanya saya menulis quote lalu saya biarkan orang lain menafsir berdasarkan isi kepala dan hatinya, untuk kali ini, tafsiran makna alternatif quote sudah saya ulas sesuai penjelasan di atas.