Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adakah Perbedaan Banjir di Jakarta dengan Banjir di Kalimantan dan Semarang?

24 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 24 Februari 2021   08:28 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, bagi rakyat yang cerdas, mulai sekarang pakailah tolok ukur, mengapa daerah lain, selain Jakarta dan di luar pulau Jawa juga turut terimbas banjir. Apa pasalnya? Karena musim hujan dan curah hujan yang ekstrim. Pun ada kerusakan alam, resapan dan sistem drainase yang juga sudah tak sesuai.

66 Gubernur tak merasa bersalah

Bagi yang hingga kini masih buta mata, hati, dan pikiran serta tak pernah membaca sejarah tentang banjir di Jakarta, ayo melek mata, hati, dan pikiran. Sebab menyoal ini sudah tertulis juga dalam sebuah buku karya Alwi Shahab, bejudul "Jakarta Kota Banjir".

Sangat jelas, dalam buku tersebut, banjir di Ibu Kota sebenarnya sudah terjadi sejak lama dan selalu memusingkan para Wali Kota dan Gubernur untuk mengendalikannya. Sejak Wali Kota Suwiryo sampai Sudiro, Gubernur Dr Sumarno sampai Sutiyoso.
Lebih jauh, juga diungkap bahwa saat Belanda masih menduduki Batavia, nama Jakarta kala itu. Banjir juga memusingkan para gubernur Jenderal Belanda. Dari JP Coen sampai AWL Tjarda van Starkenborgh Stachoewer juga gagal mengatasi banjir di Batavia.

Malah tercatat ada 66 Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa di Batavia, tapi tidak ada yang pernah merasa bersalah atas terjadinya banjir di kota ini. Mengapa? Karena Jakarta yang mulanya bernama Batavia, memang daerah rawa-rawa.

Bagi yang masih buta mata hati pikiran dan terus nyinyirin banjir Jakarta dengan tujuan merendahkan pemimpinnya karena kepentingan politik dan sudah putus urat simpati dan empati serta tak berbudi pekerti, lihat dan tengoklah! Apakah ada rakyat Indonesia lainnya yang nyinyirin mengapa Kalimantan sampai Semarang banjir, padahal bukan daerah rawa seperti Jakarta yang jelas menjadi daerah tujuan air mengalir dari daerah lain.

Tanpa hujan pun, asal aliran air dari daerah lain volumenya besar, Jakarta pasti banjir, dan itu sudah terjadi sejak zaman Hindia Belanda. 66 Gubernur yang menjabat di Batavia pun tak pernah merasa bersalah atas banjir itu.

Bagaimana dengan Semarang? Kok bisa banjir? Apa karena Gubernurnya? Atau karena daerah rawa seperti Jakarta? Atau sungainya tak dikeruk, drainasenya jelek. Atau hanya karena curah hujan yang ekstrim?

Wahai para manusia yang sepertinya dibutakan mata hati pikirannya karena dikalahkan oleh akal budi kepentingan politik, ayo mumpung masih ada waktu dan kesempatan hidup di dunia, sembuhkanlah mata hati pikiran Anda-Anda, demi kepentingan hidup Anda dan keluarga. Setop menjadi pengikut dan kaki tangan pihak yang gemarnya memicu disintegrasi bangsa. Sebab, meskipun di Indonesia ada Presiden yang menjadi penguasa tertinggi, ada rakyat Indonesia yang bertanya, sebenarnya Indonesia siapa yang berkuasa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun