Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Semoga Setelah SJ 182, Tak Ada Lagi Tragedi Pesawat di Indonesia

12 Januari 2021   21:21 Diperbarui: 12 Januari 2021   22:42 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media yang berdiri 1 Oktober 1981 ini memberikan deskripsi menyoal faktor cuaca karena Indonesia ssbagai negara kepulauan, sehingga rentan terjadi badai petir, ada letusan gunung berapi yang memuntahkan abu ke udara dan menjadi penyebab rusaknya mesin jet pesawat bila tersedot. Terbaru, faktor cuaca menjadi sebab tertundanya penerbangan SJ 182 selama 1 jam.

Berikutnya faktor komunikasi juga menjadi penyebab pesawat di Indonesia sering jatuh. Sebagai contoh insiden AirAsia pada Desember 2014 yang berangkat dari Surabaya. Pilot Indonesia dan kopilot dari Perancis gagal menangani kendala di auto-pilot, sehingga pesawat terjun ke laut. Mungkin maksudnya, pilot tak tak mendapat panduan yang benar saat kesulitan mengendalikan pesawat yang bermasalah.

Berikutnya ada Associated Press (AP) media dari AS juga, mengungkap ada tiga alasan di balik pesawat Indonesia sering jatuh yaitu kombinasi dari faktor ekonomi, sosial, dan geografi dalam artikel berjudul "EXPLAINER: Why Indonesia's plane safety record is a concern", Senin (11/1/2021).

Selain itu, AP juga mengungkit maraknya Low Cost Carrier (LCC) di Indonesia yang menjadi opsi murah untuk terbang, meski masih banyak wilayah kurang memiliki infrastruktur yang aman dan memiliki sedikit regulasi atau pengawasan pada tahun-tahun awal booming penerbangan di Indonesia.

Walau begitu, media yang berdiri sejak 1846 ini juga menerangkan bahwa belakangan ini kondisi mulai membaik di dunia aviasi Indonesia. Kemajuan industri ini meningkat signifikan dan pengawasan menjadi lebih ketat. Kemajuan itu antara lain inspeksi yang semakin intens, regulasi yang lebih kuat, fasilitas dan perawatan yang lebih baik, dan pilot yang semakin terlatih.

Karenanya Badan Penerbangan Federal AS yang pada 2007-2016 memberi kategori 2, kemudian memberi Indonesia peringkat Kategori 1 pada 2016, yang berarti menetapkan penerbangan di Indonesia mematuhi standar keselamatan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional.

Terbanyak di Asia, urutan ke-8 dunia

Selain sorotan dan analisis media asing menyoal mengapa pesawat di Indonesia sering jatuh, saya kutip dari Aviation Safety Network, sejak 1945 ada 104 kecelakaan penerbangan sipil di Indonesia dan korban tewasnya sebanyak 2.301, terbanyak di Asia dan di urutan 8 dunia.

Dampaknya, maskapai penerbangan di Indonesia sempat dilarang masuk ke AS pada 2007-2016 karena faktor-faktor, seperti keahlian teknis, personel terlatih, prosedur pencatatan dan pemeriksaan. Disusul oleh Uni Eropa yang menerapkan larangan serupa dari 2007 hingga 2018.

Dari beberapa analisis dan fakta-fakta tentang penerbangan di Indonesia tersebut, semoga masyarakat semakin memahami bahwa mengapa pesawat di Indonesia sering mengalami musibah.

Benarkah SJ 182 jatuh karena kondisi cuaca? Atau pesawat tak laik terbang akibat "pandemi corona" karena lama dikandangkan? Atau faktor lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun