Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dunia Politik Itu Kepentingan, Tak Mengenal Musuh

23 Desember 2020   08:07 Diperbarui: 23 Desember 2020   08:18 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Akhirnya, seperti yang sudah diperkirakan banyak pihak, seteru politik Presiden Jokowi dalam Pilpres 2019 melengkapi Kabinet Indonesia Maju. Sejatinya, banyak pihak yang berpikir bahwa masuknya calon Wakil Presiden yang kalah ini, akan ditarik masuk ke dalam Kabinet oleh Jokowi bersamaan dengan ditariknya calon Presiden yang kalah. Namun, karena "politik" maka inilah kisah dan skenario yang harus dibuat. 

Pada akhirnya, meski berbeda waktu, dua lawan politik itu akhirnya bersatu di pihak lawan yang "dibuat" menyisihkannya.Rakyat pun banyak yang kagum sekaligus bingung. Bagaimana mungkin, pertarungan dalam Pilres yang mengharu biru hingga perseteruan berujung ke meja Mahkamah Konstitusi (MK), dan melahirkan konflik dan permusuhan tak berujung hingga sangat dekat dengan disintegrasi bangsa, akhirnya para pendukung kedua belah pihak harus kagum dan bingung.

Kagum, karena banyak yang memandang calon Presiden dan Wakil Presiden sangat  berjiwa besar dan rendah hati, sehingga demi meredakan konflik para pendukung kedua belah pihak, akhirnya mau duduk sebagai kawan. Begitu mudah menghapus dan melupakan apa yang telah terjadi, hingga sampai ada yang berpikir, mereka ini bukan berbesar hati atau rendah hati, tetapi malah merendahkan diri demi kepentingan dan ambisi pribadi, dan berbalik membikin sakit hati para pendukung masing-masing.

Banyak rakyat berharap, semestinya calon Presiden dan Wakil Presiden yang kalah, tidak menambah luka hati para pendukungnya, yang sudah berusaha mendukung dan memberikan suaranya untuk mereka. Namun, tanpa pamit dan permisi kepada pendukung yang sudah memberikan suara, malah mengambil suara sendiri, memutuskan sendiri mengambil kursi yang ditawarkan lawannya. Untuk siapa dua orang ini mengorbankan diri mau menjadi kawan di pihak lawan.

Pasalnya, pihak pendukung yang kini menjadi Presiden dan Wakil Presiden pun, turut kecewa karena pihak lawan malah dikasih kedudukan. Sementara para pendukung dan simpatisannya pun masih berharap mendapat kursi di Kabinet Indonesia Maju.

Inilah fakta dan fenomena yang ada. Rakyat hanya diperas suaranya dengan sebelumnya "dibikin" bermusuhan dan berkonflik, namun giliran pesta demokrasi usai, rakyat ditinggal demi kepentingan-kepentingan dan ambisi yang tak ada kaitannya dengan amanah rakyat.

Itulah mengapa, tidak ada musuh atau teman abadi di dalam politik, yang ada hanya kepentingan dan ambisi abadi. Sehingga kini dalam perombakan atau reshuffle kabinet yang baru saja diumumkan Presiden Joko Widodo.

Selasa sore (22/12/2020), dari enam orang yang masuk ke dalam Kabinet Indonesia Maju, akhirnya masuk lawan politik yang satunya. Dia adalah calon Wakil Presiden "yang dikalahkan", Sandiaga Uno, menyusul rekannya Prabowo hingga duet yang kalah Prabowo-Sandi, bersatu di bawah Jokowi.

Luar biasa, perseteruan saat kampanye Pilpres 2019 yang menimbulkan luka mendalam, membuat rakyat terpolarisasi, dan ada oposisi, kini tiada arti bagi rakyat. Tapi menjadi sangat berarti bagi "mereka".

Itulah sebabnya, tidak ada kawan dan lawan abadi dalam politik. Prabowo Subianto menerima pinangan Jokowi sebagai Menteri Pertahanan di Kabit Indonesia Maju. Sandiaga Uno pun seperti sudah ditebak dan sesuai skenario melepas baju oposisi menyusul duetnya.

Bila ada pihak tak menyangka, Presiden Jokowi menunjuknya sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggantikan Wisnutama, lebih banyak pihak yang sudah tahu, masuknya Sandi hanya masalah waktu saja, agar tak nampak rombongan dengan Prabowo. Mungkin inilah yang dinamakan etika berpolitik agar terlihat santun dan bermartabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun