Sadarkah PSSI sebagai federasi sepak bola nasional dan publik pecinta sepak bola nasional yang berandil vital menjadi "pembiaya" berlangsungnya berbagai gawean PSSI terutama dalam kompetisi dan timnas, karena keberadaan publik (baca: suporter) adalah daya tarik utama bagi sponsor mau menjadi pendukung PSSI dan klub sedang di telanjangi oleh Shin Tae-yong (STy).
Tanpa ada yang menyadari, sejatinya sejak STy memangku jabatan pelatih Timnas, terutama dalam membesut Timnas U-19, dengan semua program yang kini dilakukannya, sedang mencoba mengenolkan kondisi semua pemain U-19 dan meng-upgrade ulang apa yang selama ini telah didapatkan oleh semua pemain saat dibina di sepak bola akar rumput maupun klub yang menampungnya hingg berkompetisi di Indonesia maupun manca negara.
STy benar-benar membongkar semua apa yang ada dalam diri pemain timnas, mulai dari teknik, intelegensi, personaliti, dan speed (TIPS) pemain. Ibaratnya, STy tak menganggap TIPS pemain dari hasil pembinaan di sepak bola akar rumput (SSB/Akademi Sepak Bola) dan klub Indonesia, sehingga STy butuh proses yang lama.
Perlu biaya puluhan miliar demi membangun satu timnas, yaitu U-19. Padahal bila anggaran puluhan miliar itu digunakan oleh PSSI dengan cerdas dan betul-betul menyentuh sepak bola akar rumput, maka STy tak perlu memproses timnas berbulan-bulan yang menghabiskan anggaran besar dan menyita banyak hal termasuk tak merugikan klub karena pemainnya juga dibutuhkan untuk persiapan kompetisi.
Contoh Elkan Baggott
Bukti bahwa PSSI dan klub-klub di Indonesia harus benar-benar belajar dari sepak bola manca negara, terutama Eropa, tengoklah contoh Elkan Baggott dengan mengesampingkan Witan Sulaiman yang berlabuh di negara Eropa lain tak seperti Inggris, Bulgaria, Kroasia, dan Bosnia dan lainnya.
Hanya demi sekadar TC, apalagi memakan waktu berbulan-bulan lalu melakoni laga uji coba, maka klub Ipswich Town, Inggris tempat Elkan berlabuh, tak mengizinkan bergabung Timnas U-19. Bahkan saat TC di Jakarta pun, Elkan meninggalkan Timnas lebih awal.
Tengok pula bagaimana timnas Bulgaria, Kroasia, Arab Saudi, Qatar, dan Bosnia dalam menyiapkan timnas U-19 demi sekadar meladeni pasukan STy, mereka semua hanya dipanggali dan dikumpulkan dalam hitungan dua sampai tiga hari di timnas, lalu langsung turun gelangggang dan Bulgaria, Kroasi, Bosnia langsung membabat Witan cs.
Witan cs pun hanya mampu mengimbangi Arab Saudi, menang dan seri saat meladeni Qatar.
Jadi, apa yang terjadi pada Elkan Baggott adalah contoh nyata, betapa profesionalnya pembinaan dan kompetisi usia muda di Eropa terutama Inggris, juga Bulgaria, Kroasia, dan Bosnia.
Bagaimana dengan 27 pemain yang kini bak turis di Kroasia? Mereka semua kini sedang diupgrade STy, dan sama saja apa yang sudah dimiliki oleh para pemain hasil dibina dan ikut kompetisi di Indonesia, tak dianggap.