Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Kabar Nawacita Revolusi Mental Karakter Bangsa?

13 September 2020   16:48 Diperbarui: 13 September 2020   16:55 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Supartono JW

Sekarang apa yang mau dijawab pemerintah, dan apakah pemerintah dapat menyebut dengan data tentang kemajuan dan hasil nawa cita revolusi karakter bangsa?

Padahal, bila revolusi ini diimplementasikan dengan benar, lalu para pemimpin juga terus menjadi teladan dan panutan menyoal empat dimensi gerakan PPK itu, maka akan ada garansi mengakarnya karakter religius, nasionalisme, integritas, kemandirian, dan kegotongroyongan yang masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi manusia Indonesia yang berkarakter.

Betapa sejuknya bila kita semua dapat melihat manusia Indonesia berkarakter religius yang benar, berjiwa nasionalis, berintegritas, mandiri, dan selalu bahu-membahu bergotong royong dengan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan individu, kelompok, dan golongan, dan akan jauh dari jiwa-jiwa yang bebal dan terus diselimuti karakter ambisius dan pendendam, sekaligus gemar membunuh karakter seseorang karena "kepentingan" dan tuntutan "junjungan".

Apakah pemimpin negeri ini juga masih ingat dengan Tri Pusat Pendidikan (TPP), yaitu sekolah, keluarga (orang tua), serta komunitas (masyarakat) agar dapat membentuk suatu ekosistem pendidikan. yang berkarakter sesuai nawa cita revolusi?

Percuma rasanya ada PPK, ada TPP, namun selain tak tergarap dengan benar, bahkan dilupakan, demi kekuasaan dan politik, "rakyat" justru terus disuguhi karakter bangsa yang tak literatif, tak etik, tak spiritual, dan tak estetik.

Bagaimana Bapak Presiden? Nawa cita revolusi karakter bangsa ini? Apa akan tetap dilanjutkan atau dilupakan? Andai saja, nawa cita ini tergarap dan berhasil, lalu para pemimpin menjadi panutan, bangsa ini semakin hebat, karena rakyatnya berkarakter mulai dari usia akar rumput hingga usia rambut memutih.

Sayang, yang sekarang terus diimplementasikan adalah pendidikan karakter pendendam, karakter tak santun, karakter berseteru, karakter berambisi, dan karakter membunuh karakter. Jauh dari spiritual dan etika, seperti hidup di dunia untuk selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun