Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Shanghai, Metropolis Paling Gemerlap di China

6 September 2021   10:03 Diperbarui: 30 April 2022   14:54 2455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oriental Pearl Tower, Pudong- Shanghai. Sumber: dokumentasi pribadi

Kereta cepat Maglev dari bandara Pudong Internasional ke Longyang Road Station melaju dengan kecepatan fantastis. Dengan kecepatan sekitar 400 km/ jam, jarak sejauh 30 km itu dilahap tidak lebih dari 8 menit. Dan boleh jadi inilah cara Shanghai menyambut semua wisatawan yang mengunjungi kotanya. Seakan memamerkan kemajuan kota metropolitan terbesar di China ini.

Shanghai telah lama diakui sebagai salah satu kota terkemuka di China. Perkembangan kota berpenduduk 26 juta ini sungguh menakjubkan. Apalagi sejak kawasan Pudong yang berada di sebelah timur Sungai Huangpu ditetapkan sebagai Special Economic Zone (SEZ).

Namun, daya tarik Shanghai bukan hanya soal laju modernisasi di kota ini. Shanghai juga menyimpan banyak pesona lain yang membuatnya begitu berbeda dibandingkan banyak kota besar lain di China. Lihat saja kawasan di sepanjang The Bund yang masih bisa membanggakan keindahan arsitektur yang dibangun di era pendudukan negara Barat.

Perpaduan inilah yang membuat Shanghai pun kerap disebut sebuah kota dengan dua wajah. Bukan hanya dari gaya arsitektur yang berkembang pesat di kota ini. Namun, juga perpaduan budaya yang melahirkan sebuah budaya khas Shanghai yang disebut 'Hai Pai Culture'. Suatu budaya ala "East Meets West".

Meskipun modern, Shanghai masih memiliki Tempat Minum Teh seperti ini kawasan Kota Tua Shanghai. Sumber: dokumentasi pribadi
Meskipun modern, Shanghai masih memiliki Tempat Minum Teh seperti ini kawasan Kota Tua Shanghai. Sumber: dokumentasi pribadi
Semua perubahan kota ini tidak terlepas dari sejarahnya yang sangat berliku. Kota ini sejatinya telah didiami sejak era Kerajaan Wu atau kira-kira tahun 771 - 476 SM. Kerajaan Wu atau dikenal sebagai Eastern Wu adalah salah satu dari tiga kerajaan di periode "Three Kingdoms".

Namun, nama Shanghai baru mencuat ke peta internasional pada abad ke-19 ketika bangsa Eropa mulai mencium potensi besar yang dimilikinya. Letak geografis Shanghai memang sangat strategis.

Lokasinya yang strategis membuat Shanghai pernah menjadi incaran banyak penjajah di masa lalu. Sumber: dokumentasi pribadi
Lokasinya yang strategis membuat Shanghai pernah menjadi incaran banyak penjajah di masa lalu. Sumber: dokumentasi pribadi
Terletak di muara Sungai Yangtze yang mengalir dari utara kota ini, Shanghai juga diapit Teluk Hangzhou di bagian selatan dan Laut China Timur di sisi timurnya. Sedangkan Sungai Huangpu meliuk di tengah kota dan membagi Shanghai menjadi dua wilayah, yakni Puxi atau wilayah lama Shanghai dan Pudong. Dengan lokasi yang begitu strategis, kota ini pun menjadi incaran Inggris yang berambisi menguasai jalur perdagangan di kawasan ini.

Alhasil, setelah Perang Candu (1839-1842), Inggris berhasil menduduki Shanghai dan menjadikannya sebagai sebuah kota pelabuhan dagang terbuka. Tidak itu saja, Inggris juga memaksa China membuka bebas beberapa kota pelabuhan lautnya. Inggris tentu saja mendapat hak istimewa di Shanghai. Dan setelah Inggris, Amerika Serikat dan Prancis pun ikut mendapatkan wilayah konsesi di kota ini.

Waibaidu Bridge, jembatan bersejarah di ujung The Bund. Sumber: dokumentasi pribadi
Waibaidu Bridge, jembatan bersejarah di ujung The Bund. Sumber: dokumentasi pribadi
Sejak itu pula wajah Shanghai pun berubah. Kota ini menjadi kota perdagangan yang berkembang pesat di Asia Timur. Sedangkan kawasan The Bund, yang merupakan wilayah konsesi Inggris dan AS itu, dibangun mirip dengan sebuah kota di negara barat. Setidaknya terdapat 52 bangunan yang dibangun dengan gaya arsitektur berbeda di sepanjang Zhongshan East Road yang terkenal itu.

Kawasan The Bund dengan banyak bangunan dari era kolonialisme. Sumber: dokumentasi pribadi
Kawasan The Bund dengan banyak bangunan dari era kolonialisme. Sumber: dokumentasi pribadi
Mulai dari arsitektur Gothic Revival, Renaissance Revival, Baroque Revival, Neo-Classical sampai gaya Art Deco. Shanghai Club Building, misalnya, yang kini menjadi hotel mewah Waldorf Astoria Shanghai, dibangun dengan gaya arsitektur Baroque Revival.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun